Bisnis.com, JAKARTA – Masdar, perusahaan energi terbarukan utama di Abu Dhabi, mengalihkan miliaran dolar investasi dari proyek hidrogen hijau ke sektor kecerdasan buatan (AI) dan pusat data (data center).
Pergeseran ini dipicu oleh rendahnya permintaan global terhadap hidrogen hijau, yang sebelumnya dianggap sebagai kunci transisi energi.
CEO Masdar, Mohamed Jameel Al Ramahi mengatakan bahwa perusahaannya harus menyesuaikan rencana bisnisnya karena dinamika pasar. Awalnya, Masdar berencana membangun pembangkit energi terbarukan sebesar 6 gigawatt (GW) untuk memproduksi sekitar 350.000 ton amonia hijau, senyawa yang mengandung hidrogen hijau.
Namun, kapasitas listrik dari proyek tersebut kini dialihkan untuk proyek panel surya dan baterai (penyimpanan) senilai $6 miliar di gurun pasir untuk memasok daya ke pusat-pusat data.
"Dalam rencana awal, kami seharusnya menghasilkan 6 gigawatt energi terbarukan untuk memproduksi sekitar 350.000 ton amonia hijau. Tetapi kapasitas listrik itu dialihkan untuk proyek solar dan baterai senilai $6 miliar yang akan melayani pusat data," ujarnya dikutip dari Bloomberg, Senin (25/8/2025).
Keputusan Masdar ini seakan mencerminkan dilema yang dihadapi para pengembang yang sebelumnya gencar berinvestasi di hidrogen rendah karbon ini. Biaya produksi yang tinggi telah membuat permintaan produk ini lesu, memaksa banyak perusahaan di seluruh dunia untuk membatalkan proyek-proyeknya.
Baca Juga
"Saat ini, hidrogen hijau berada di bawah tekanan dan pasar menyusut. Banyak pihak yang sebelumnya terjun ke dalam bisnis ini kini keluar. Kami tidak keluar, tetapi kami harus menghormati dinamika global," tambah Al Ramahi.
Uni Emirat Arab (UEA) sedang mengadaptasi teknologi terbaru dengan merencanakan proyek-proyek besar, menyusul kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Timur Tengah awal 2025.
Salah satu proyek terbesar adalah "Stargate," sebuah fasilitas AI berkapasitas 5 GW di UEA. Selain itu, Emirates Integrated Telecommunications Co. (Du) juga berencana membangun fasilitas senilai 2 miliar dirham atau sekitar $545 juta bekerja sama dengan Microsoft.
Menurut Citi Research, kebutuhan energi untuk pusat data global diperkirakan akan meningkat lebih dari tiga kali lipat pada akhir dekade ini dibandingkan dengan 2023. Masdar sedang bersiap untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
"Mandat bisnis dasar saya bukanlah hidrogen atau aluminium, melainkan kapasitas elektron hijau," ujar Al Ramahi.
Target Energi Terbarukan
Strategi investasi Masdar ini diharapkan dapat membantu Abu Dhabi mencapai targetnya untuk memproduksi 60% listrik dari sumber terbarukan dan nuklir pada 2035. Masdar, yang menargetkan kapasitas energi terbarukan global sebesar 100 GW pada 2030, sejauh ini telah mencapai 51 GW.
Meski demikian, keputusan ini membuat target UEA untuk mengembangkan 1 juta ton hidrogen hijau per tahun pada 2031 semakin sulit tercapai. Masdar Green Hydrogen, anak perusahaan Masdar, yang sebelumnya ditargetkan untuk mengembangkan kapasitas produksi 1 juta ton per tahun, kini menghadapi sejumlah tantangan.
Di tempat lain, perusahaan seperti BP Plc juga menghadapi masalah serupa. BP memutuskan keluar dari fasilitas senilai $36 miliar di Australia Barat bulan lalu. Sementara itu, di Neom, Arab Saudi, pengembang fasilitas hidrogen hijau juga kesulitan menjual produknya.
Satu-satunya proyek hidrogen hijau di Timur Tengah yang berhasil masuk tahap konstruksi adalah milik perusahaan pelat merah Emirat lainnya, Fertiglobe Plc, yang berlokasi di Mesir. Keberhasilan proyek ini berkat adanya perjanjian offtake (pembelian) yang didukung oleh pemerintah Jerman.