Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Standard Chartered Teken Kesepakatan Penjualan 5 Juta Kredit Karbon dengan Negara Bagian Brasil

Standard Chartered akan menjual 5 juta kredit karbon dari Acre, Brasil, untuk mendanai perlindungan hutan Amazon
Ilustrasi kredit karbon
Ilustrasi kredit karbon
Ringkasan Berita
  • Standard Chartered menandatangani kesepakatan untuk menjual 5 juta kredit karbon atas nama negara bagian Acre di Brasil, dengan potensi pendapatan hingga US$150 juta untuk perlindungan hutan Amazon.
  • Komunitas adat dan masyarakat lokal di Acre akan menerima 72% dari dana bersih yang dihasilkan, sementara sisanya digunakan untuk manajemen proyek dan respons darurat terhadap cuaca ekstrem.
  • Brasil memprioritaskan perlindungan hutan tropis menjelang COP30 dan menawarkan mekanisme pembiayaan hutan senilai US$125 miliar, di tengah upaya memperbaiki pasar karbon sukarela dari tuduhan greenwashing.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Bank asal Inggris, Standard Chartered Plc, sepakat untuk menjual kredit karbon atas nama negara bagian Acre di Brasil. Dana yang diperoleh dari penjualan tersebut akan digunakan untuk mendanai upaya perlindungan hutan hujan Amazon selama lima tahun ke depan.

Mengutip Bloomberg, perjanjian ini menyebutkan bahwa Acre berpotensi memperoleh pendapatan hingga US$150 juta atau sekitar Rp2,47 triliun (dengan asumsi kurs transaksi Bank Indonesia Rp16.460 per dolar AS). Dana itu berasal dari penerbitan sekitar 5 juta kredit karbon yang dihasilkan melalui perlindungan kawasan hutan yang rentan terhadap alih fungsi untuk lahan pertanian atau peternakan. Kredit karbon ini diperkirakan akan mulai tersedia di pasar pada tahun depan, dengan Standard Chartered bertindak sebagai penjual eksklusif.

Penggalangan dana untuk melindungi hutan tropis menjadi prioritas utama Brasil. Negara ini tengah mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Konferensi Iklim ke-30 PBB atau COP30 di Belem pada November mendatang.

Dalam agenda iklim akbar ini, Brasil juga menawarkan mekanisme pembiayaan hutan versinya lewat Tropical Forest Forever Facility senilai US$125 miliar. Pembenahan pasar karbon sukarela yang sempat diguncang tuduhan greenwashing juga diperkirakan menjadi agenda penting dalam pertemuan tersebut.

“Tanpa penerapan mekanisme pasar baru, hutan-hutan yang masih ada kemungkinan besar tidak akan terlindungi, karena insentif ekonomi jangka pendek untuk deforestasi hampir selalu mengalahkan nilai jangka panjang dari aset alam tersebut. Kami memanfaatkan jaringan global dan keahlian kami di pasar karbon untuk menghadapi tantangan ini secara langsung,” ujar Marisa Drew, Chief Sustainability Officer Standard Chartered.

Standard Chartered menyebutkan bahwa komunitas adat dan masyarakat lokal di Acre akan menerima 72% dari dana bersih yang dihasilkan. Sisanya akan digunakan untuk pembiayaan manajemen proyek dan tata kelola, termasuk respons darurat terhadap cuaca ekstrem yang mengancam kawasan hutan.

“Kesepakatan ini akan membawa manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat Acre, sekaligus melindungi sumber daya alam kami dan mendukung komunitas tradisional serta masyarakat adat di negara bagian kami,” kata Amarisio Freitas, Sekretaris Keuangan Negara Bagian Acre.

Standard Chartered memang aktif mendukung pengembangan pasar karbon. Bank ini turut menggagas Taskforce on Scaling Voluntary Carbon Markets pada 2020. Pada Juni lalu, CEO Standard Chartered, Bill Winters, mengatakan bahwa pasar keuangan masih meremehkan potensi ekonomi dari kredit karbon, terlebih dengan meningkatnya kebutuhan korporasi untuk mengimbangi jejak karbon dari aktivitas bisnisnya.

Berbeda dari sebagian besar kredit karbon dalam pasar sukarela yang biasanya dihasilkan oleh proyek-proyek milik swasta, kredit karbon Acre bersumber dari upaya perlindungan hutan yang dijalankan oleh pemerintah di seluruh wilayah negara bagian.

Menurut firma pemeringkat kredit karbon, Sylvera, pendekatan berbasis yurisdiksi mampu mengurangi risiko penerbitan kredit karbon yang berlebihan dibandingkan nilai riil proyek. Selain itu, pendekatan ini juga mencegah pergeseran aktivitas perusakan hutan dari satu lokasi ke lokasi lain. Meski begitu, proyek semacam ini tetap tidak luput dari potensi klaim lingkungan yang dilebih-lebihkan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro