Bisnis.com, JAKARTA — Selandia Baru akan mempermudah operasional bisnis di kawasan konservasi. Selain itu, juga akan mengenakan biaya bagi wisatawan asing untuk memasuki beberapa area dalam upaya menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon mengatakan keputusan pemerintah ini merupakan bagian dari upayanya untuk meningkatkan industri pariwisata Selandia Baru dan menstimulasi perekonomian yang sedang lesu. Peristiwa ini juga terjadi di saat orang-orang di berbagai negara di seluruh dunia tengah memprotes apa yang mereka lihat sebagai jumlah wisatawan yang berlebihan.
"Kami akan memperbaiki Undang-Undang Konservasi untuk meluncurkan gelombang konsesi baru seperti pariwisata, pertanian, dan infrastruktur, di lokasi-lokasi yang memungkinkan," ujarnya dilansir Reuters, Senin (4/8/2025)
Aktivitas bisnis mulai dari wisata jalan kaki berpemandu dan bermain ski hingga penggembalaan ternak dan pembangunan infrastruktur sudah berlangsung di kawasan konservasi, tetapi izinnya membutuhkan waktu dan upaya yang terlalu lama.
"Merangsang pertumbuhan ekonomi di sepertiga lahan Selandia Baru akan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan upah di seluruh negeri," katanya.
Menteri Konservasi Tama Potaka menuturkan wisatawan asing juga akan dikenakan biaya antara 20 dolar Selandia Baru dan 40 dolar Selandia Baru atau setara US$12 hingga US$24 untuk mengakses beberapa situs populer, sementara penduduk lokal akan tetap bebas biaya.
Baca Juga
"Turis memberikan kontribusi besar bagi perekonomian kita, dan tak seorang pun menginginkannya berubah. Namun, saya sering mendengar dari teman-teman yang berkunjung dari luar negeri betapa terkejutnya mereka karena bisa mengunjungi beberapa tempat terindah di dunia secara gratis," katanya.