Bisnis.com, JAKARTA — Tiga bank jumbo, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) telah merilis kinerja keuangan semester I/2025.
Ketiga bank yang berada dalam Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) IV ini tercatat melanjutkan komitmennya dalam penyaluran pembiayaan hijau, meski dengan performa beragam. Sebagai contoh, nilai portofolio hijau BBRI selama semester I/2025 turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, sementara BBNI dan BBCA kompak membukukan pertumbuhan tahunan (year on year/YoY).
Total pembiayaan hijau yang disalurkan BRI mencapai Rp86,9 triliun per semester I/2025. Portofolio hijau BRI turut mencakup investasi pada obligasi korporasi berbasis environmental, social and governance (ESG) senilai Rp5,4 triliun.
Capaian selama paruh pertama 2025 ini memperlihatkan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada semester I/2024, total pembiayaan hijau BBRI mencapai Rp89,8 triliun dan obligasi korporasi berbasis ESG di angka Rp4 triliun.
Portofolio pembiayaan hijau BRI pada semester I/2025 menjangkau beragam sektor strategis. Pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan menjadi sektor hijau yang menerima pembiayaan terbesar, yakni senilai Rp61,16 triliun. Kemudian proyek ramah lingkungan lainnya senilai Rp10,20 triliun, produk eco-efficient Rp7,8 triliun dan energi terbarukan menyusul dengan nilai Rp6,47 triliun.
Sektor transportasi hijau turut menjadi sasaran pembiayaan BRI, dengan nilai kredit sebesar Rp3,55 triliun. Kemudian di sektor efisiensi energi sebesar Rp2,47 triliun dan pencegahan polusi senilai Rp500 miliar.
Dalam laporannya, BRI turut mengungkap sektor-sektor sasaran pembiayaan dengan kontribusi emisi karbon tertinggi. Sektor kelistrikan, gas, uap dan transmisi menjadi kontributor terbesar dengan persentase emisi 56,86%. Selanjutnya sektor manufaktur menyusul dengan sumbangan 27,27% dan pertambangan sebesar 10,44%.
BRI turut menerapkan pembiayaan yang mengacu pada target penurunan emisi pada sektor-sektor tinggi karbon tersebut. Sebagai contoh, emisi dari sektor pembangkit listrik ditargetkan turun 40,8% pada 2030. Adapun emisi yang dihasilkan sektor ini pada 2024 berjumlah 0,53 metrik ton setara CO2 untuk setiap listrik dan panas yang dihasilkan (dalam MWh).
BRI tercatat telah menyalurkan total kredit sebesar Rp1.416,62 triliun per semester I/2025, meningkat 5,97% YoY dari Rp1.336,78 triliun. Komposisi kredit UMKM tercatat sebesar 80,32% dari portofolio pembiayaan perseroan atau setara dengan Rp1.137,84 triliun.
Bank pelat merah lain, BNI, melaporkan penyaluran kredit hijau senilai Rp74 triliun sepanjang periode Januari–Juni 2025. Nilai itu mencerminkan pertumbuhan sebesar 6,62% dibandingkan dengan semester I/2024 yang mencapai Rp69,4 triliun.
Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada menyampaikan bahwa realisasi itu mencerminkan pertumbuhan lebih dari 20% selama empat tahun terakhir.
Secara terperinci, pembiayaan kategori Pengelolaan sumber daya alam hayati dan penggunaan lahan yang berkelanjutan mendominasi penyaluran kredit hijau, dengan nilai Rp35,9 triliun.
Kemudian pembiayaan hijau untuk energi terbarukan sebesar Rp11,6 triliun; pembiayaan lain-lain yang mencakup Pengelolaan air dan air limbah yang berkelanjutan sebesar Rp22,9 triliun; dan pencegahan polusi Rp3,6 triliun.
BNI juga tercatat menyalurkan pembiayaan penguatan dan pemberdayaan sosial ekonomi senilai Rp111,2 triliun sepanjang semester I/2025. Hal ini membuat total portofolio keberlanjutan BNI menembus Rp185,2 triliun atau setara 24,3% dari total penyaluran kredit.
“Sementara itu, penyaluran sustainability linked loan [SLL] mencapai US$352 juta atau Rp5,74 triliun,” katanya dalam keterangan resmi.
Menurutnya, BNI juga menargetkan pencapaian nol emisi karbon alias net zero emission (NZE) operasional pada 2028 dan NZE pembiayaan pada 2060.
Pihaknya juga terus mendorong para debitur untuk mengadopsi penerapan prinsip ESG sebagai bagian dari komitmen terhadap prinsip keberlanjutan.
David lantas menjelaskan bahwa upaya tersebut juga ditujukan untuk memperkuat peran sebagai institusi keuangan yang adaptif dan berdaya saing global.
“Dengan struktur likuiditas yang solid, transformasi digital yang agresif, dan komitmen keberlanjutan yang terintegrasi, BNI siap mempercepat pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan di semester berikutnya,” tuturnya.
Adapun mengenai pembiayaan secara keseluruhan, BNI membukukan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 7,11% YoY dari Rp726,98 triliun menjadi Rp778,68 triliun pada semester I/2025.
Perkembangan itu turut menopang perolehan laba bersih konsolidasi BNI sebesar Rp10,09 triliun hingga bulan keenam tahun ini.
Pada periode sama tahun sebelumnya, BNI mencetak laba bersih Rp10,69 triliun. Dengan demikian, terjadi koreksi 5,58% secara tahunan.
BCA Pimpin Pertumbuhan
Pertumbuhan kredit hijau tertinggi di semester I/2025 sejauh ini ditorehkan BBCA. Emiten bank Grup Djarum itu melaporkan pertumbuhan pembiayaan berkelanjutan (sustainable finance) sebesar 21,1% YoY menjadi Rp240 triliun, dibandingkan dengan Rp198 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari nilai tersebut, total outstanding untuk pembiayaan hijau menembus Rp103 triliun. Capaian ini merefleksikan pertumbuhan tahunan sebesar 34,6% dibandingkan dengan Rp77 triliun pada semester I/2024.
Adapun pembiayaan untuk usaha skala kecil dan menengah yang masuk dalam sektor berkelanjutan tumbuh 12,6% YoY menjadi Rp136 triliun.
BCA turut memperinci total pembiayaan yang disalurkan ke sejumlah sektor hijau, di antaranya kendaraan listrik (EV) yang tumbuh 118% YoY menjadi Rp3,19 triliun. Kemudian outstanding untuk pinjaman terkait keberlanjutan atau SLL tumbuh 8% menjadi Rp2,62 triliun dan pembiayaan untuk energi terbarukan mencapai Rp4,2 triliun untuk mendukung pembangkit berkapasitas 214 megawatt (MW).
BCA sendiri membukukan raihan laba bersih konsolidasi senilai Rp29 triliun pada semester I/2025.
Laba tersebut tumbuh 8% secara tahunan. Pada semester pertama tahun lalu, bank swasta terbesar di Indonesia itu membukukan laba bersih senilai Rp26,9 triliun.
"Kredit tumbuh 12,9% YoY menjadi Rp959 triliun per Juni 2025 didukung pertumbuhan penyaluran di berbagai segmen dan terjaganya kondisi likuiditas perseroan," ujar Presiden Direktur BCA Hendra Lembong dalam konferensi pers kinerja keuangan pada Rabu (30/7/2025).
Hendra menyampaikan BCA senantiasa menyalurkan kredit secara prudent, mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan disiplin dalam menerapkan manajemen risiko.
Secara rinci, kredit korporasi BCA tumbuh 16,1% YoY mencapai Rp451,8 triliun per Juni 2025. Kredit komersial naik 12,6% YoY menjadi Rp143,6 triliun, dan kredit UKM meningkat 11,1% YoY hingga Rp127 triliun. Ditopang pertumbuhan KPR sebesar 8,4% menjadi Rp137,6 triliun, dan kredit kendaraan bermotor (KKB) 5,2% mencapai Rp65,4 triliun, total pertumbuhan kredit konsumer mencapai 7,6% YoY hingga Rp226,4 triliun.