Bisnis.com, JAKARTA – Melalui impact investment (investasi keberlanjutan), investor punya peran penting untuk mewujudkan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.
Dengan meningkatnya tantangan lingkungan, seperti deforestasi, eksploitasi sumber daya laut, dan pengelolaan limbah, investasi yang mendukung solusi berkelanjutan menjadi semakin mendesak. Hal ini penting, mengingat tanpa adanya dukungan finansial yang memadai, dampak negatif eksploitasi bisnis terhadap lingkungan akan semakin sulit dikendalikan.
Dessi Yuliana, CEO Carbon X, menyoroti adanya pergeseran perilaku konsumen yang kini lebih mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dalam keputusan pembelian produk. Menurutnya, pergeseran paling dapat dilihat pada generasi muda, berupa peningkatan kesadaran dampak sosial dan lingkungan.
“Dengan begitu, terdapat dorongan kuat dari pasar agar perusahaan tidak hanya fokus pada profit, tetapi juga mengintegrasikan keberlanjutan dan berkontribusi aktif dalam solusi permasalahan lingkungan mulai dari pengelolaan limbah dan kebijakan-kebijakan yang diambil industri dalam kegiatan operasionalnya,” ujar Dessi, dalam forum diskusi bertajuk Mau Untung Sekaligus Selamatkan Bumi. Bisakah Impact Investing Jadi Solusi?, Rabu (6/2/2025).
Impact investment sedang mengalami peningkatan di Indonesia. Mengacu data Global Impact Investing Network (GIIN), total aset yang dikelola lewat impact investing di seluruh dunia sudah menembus US$1,1 triliun.
Adapun, Indonesia sendiri menjadi salah satu pasar yang paling aktif untuk investasi berdampak dengan catatan berhasil menarik investasi sebesar US$1,5 miliar. Hanya saja, nilai fantastis ini masih belum cukup untuk mengatasi kebutuhan sosial dan lingkungan yang meningkat di Indonesia.
Baca Juga
Untuk mendorong impact investment lebih massif lagi, diperlukan kesadaran masyarakat akan dampak aktivitas bisnis yang tidak bertanggung jawab yang ternyata mendorong perubahan nyata dalam skala besar dan lintas sektor.
Dessi menambahkan, pasar lokal maupun global menuntut perusahaan juga mengintegrasikan keberlanjutan serta berperan aktif mengatasi masalah lingkungan.
“Investor didorong untuk memastikan setiap aktivitas bisnis yang didukung telah menerapkan prinsip yang bertanggung jawab, juga berdampak jangka panjang untuk perbaikan lingkungan dan masyarakat,” pungkas Dessi.
CEO Bumandhala Impact Fund Fikri Syaryadi mengakui maraknya impact investment membuka peluang tumbuhnya juga kewirausahaan sosial di Indonesia.
Menurutnya, kewirausahaan sosial menggabungkan fundamental pendirian bisnis mulai dari inovasi ide, tata kelola keuangan, hingga produk akhir yang bertujuan mengatasi isu sosial-lingkungan di masyarakat yang terjadi secara struktural maupun kultural.
Saat ini, salah satu tantangan utama pengembangkan kewirausahaan sosial adalah keterbatasan pendanaan. Banyak investor beranggapan model bisnis ini sulit menghasilkan profit dan dampak sosialnya sulit diukur.
“Kewirausahaan sosial muncul sebagai bentuk inovasi jangka panjang sebagai solusi masalah lingkungan dan sosial, yang berasal dari sektor swasta maupun masyarakat, dengan tujuan untuk kebaikan bersama. Namun, perubahan skala besar dan jangka panjang ini tidak mudah dan tidak murah untuk direalisasikan,” lanjut Fikri.
Pada kesempatan yang sama, Pengamat Kehutanan dan Lingkungan Hidup serta Petrus Gunarso menyebut inti impact investment mengarah pada investasi yang menciptakan dampak sosial-lingkungan yang terukur, berfokus pada keuntungan sosial dan atau lingkungan, serta mendatangkan keuntungan finansial.
“Pada praktiknya, impact investment mengarahkan modal ke perusahaan, organisasi, dan proyek yang menangani tantangan kritis seperti energi terbarukan, perumahan terjangkau, akses kesehatan, pertanian, hingga kehutanan berkelanjutan,” tutur Petrus.