Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korporasi akan Diminta Ungkap Risiko Iklim dalam Laporan Keuangan

Perusahaan akan diminta mengungkap risiko iklim dalam laporan keuangan untuk membantu investor memahami dampaknya. Panduan IASB ini ditargetkan selesai 2025.
Karyawan melihat layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Senin (21/7/2025)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melihat layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Senin (21/7/2025)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ringkasan Berita
  • Perusahaan akan diminta mengungkapkan risiko iklim dalam laporan keuangan untuk membantu investor memahami dampak bencana iklim terhadap kinerja finansial.
  • International Accounting Standards Board (IASB) menargetkan finalisasi panduan pengungkapan risiko iklim pada Oktober, yang akan diadopsi dalam laporan keuangan 2025.
  • Panduan baru ini bertujuan memperjelas aturan pelaporan agar mencakup dampak peristiwa luar biasa, dan perusahaan yang tidak mengikuti panduan ini mungkin menghadapi pertanyaan dari investor.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan-perusahaan dalam waktu dekat akan diminta mencantumkan risiko iklim dalam laporan laba rugi mereka, sehingga investor dapat mengetahui bagaimana bencana iklim seperti banjir, badai, dan kekeringan memengaruhi kinerja keuangan.

Badan penyusun standar akuntansi global, International Accounting Standards Board (IASB), yang aturannya digunakan di sekitar 169 yurisdiksi di seluruh dunia, menargetkan finalisasi sejumlah contoh panduan terkait kriteria iklim ini pada Oktober mendatang.

Panduan ini akan menjadi rujukan perusahaan dalam mengungkapkan dampak pemanasan global terhadap pos-pos laba rugi, termasuk penurunan nilai aset dan provisi.

“Meski bersifat teknis dan mungkin membuat orang bosan, langkah ini akan memengaruhi pengambilan keputusan di level strategis,” kata Natasha Landell-Mills, Head of Stewardship di Sarasin & Partners yang mengelola aset senilai US$23 miliar, dikutip dari Bloomberg, Rabu (13/8/2025).

Dia mengemukakan bahwa perubahan ini merupakan peningkatan dari model pelaporan sebelumnya yang memisahkan laporan keuangan dan risiko iklim ke dalam laporan keberlanjutan (sustainability report).

“Menggabungkan keduanya bakal menyasar titik penting dari keseluruhan sistem,” tambahnya.

Contoh-contoh baru dalam panduan IASB tidak menambah kewajiban pelaporan korporasi, tetapi memperjelas aturan yang ada agar dapat mencakup dampak dari peristiwa luar biasa, termasuk konsekuensi tarif dagang yang diberlakukan pemerintahan Trump.

Dewan IASB menargetkan penyelesaian panduan ini dapat diadopsi dalam laporan keuangan 2025, kata Wakil Ketua IASB Linda Mezon-Hutter. Adapun perusahaan yang memilih tidak mengikuti panduan ini kemungkinan akan menghadapi pertanyaan dari investor.

“Jika terjadi sesuatu dan Anda terdampak secara finansial pada periode berjalan akibat peristiwa terkait iklim, tetapi tidak diungkapkan, tidak dicatat, bahkan tidak dipertimbangkan, itu akan menjadi masalah,” ujar Mezon-Hutter.

Investor berorientasi keberlanjutan selama bertahun-tahun mengeluhkan pelaporan korporasi yang dianggap tidak memadai. Hal ini membuat IASB memulai langkah untuk menanggapi keluhan tersebut pada 2023, dan pada Juli 2025 merilis draf daftar contoh pengungkapan.

Dorongan ini hadir seiring dengan dampak nyata perubahan iklim yang makin sulit diabaikan. Lebih dari separuh perusahaan yang disurvei Morgan Stanley pada Juni 2025 melaporkan penurunan pendapatan akibat peristiwa terkait iklim tahun lalu. Sementara itu, Swiss Re Institute memperkirakan kerugian akibat bencana alam mencapai US$318 miliar dan kurang dari separuhnya diasuransikan.

Dalam perkembangan lain, kekhawatiran akan dampak perubahan iklim terhadap stabilitas sistem keuangan mendorong regulator meminta bank memperkuat penilaian risiko. Bulan ini, Commerzbank AG menyisihkan lebih dari US$300 juta dalam provisi untuk menutup potensi kerugian dari risiko baru, termasuk perubahan iklim.

“Kami sadar beberapa bank besar menarik komitmen mereka terhadap pembiayaan berkelanjutan. Namun bahkan dalam diskusi kami, misalnya dengan Securities and Exchange Commission, mereka sangat sepakat bahwa jika ada dampak material terkait iklim dalam laporan keuangan periode berjalan, pengguna laporan harus mengetahuinya,” kata Mezon-Hutter.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro