Bisnis.com, JAKARTA — Departemen Pertanian AS tidak akan lagi mendukung proyek energi surya dan angin di lahan pertanian produktif.
Menteri Pertanian Amerika Serikat Brooke Rollins mengatakan langkah ini merupakan langkah terbaru dari serangkaian tindakan yang diambil oleh pemerintahan Presiden Donald Trump untuk menghambat pengembangan energi angin dan surya, yang menurut Trump tidak dapat diandalkan, mahal, dan bergantung pada rantai pasokan China
"Jutaan hektar lahan pertanian utama tidak dapat digunakan sehingga panel surya bersubsidi Green New Deal dapat dibangun. Perusakan lahan pertanian dan tanah utama kita ini merenggut masa depan generasi petani berikutnya dan masa depan negara kita," ujarnya dilansir Reuters, Selasa (19/8/2025)
USDA telah menyediakan lebih dari US$2 miliar untuk proyek-proyek energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin melalui program energi pedesaan untuk Amerika. Lembaga tersebut juga telah mendukung proyek-proyek energi bersih untuk koperasi listrik pedesaan.
Dalam studi USDA, terdapat sekitar 424.000 hektare atau setara 1.715 kilometer persegi lahan pedesaan terdampak oleh turbin angin dan ladang tenaga surya pada2020, kurang dari 0,05% dari hampir 900 juta hektare yang digunakan untuk lahan pertanian. Sebagian besar lahan tersebut tetap digunakan untuk produksi pertanian setelah pengembangan proyek tenaga surya atau angin.
Pemerintahan mantan Presiden Joe Biden mendukung proyek tenaga surya dan angin di daerah pedesaan dan pertanian sebagai bagian dari upayanya untuk mengurangi emisi yang merusak iklim dan membuat energi bersih lebih terjangkau.
Baca Juga
SAHAM ENERGI SURYA NAIK
Di sisi lain, saham perusahaan energi surya AS naik usai pemerintahan Trump merilis aturan subsidi baru untuk proyek energi bersih yang tidak seketat yang dikhawatirkan banyak investor. Departemen Keuangan mempersempit definisi proyek surya atau angin yang dianggap sedang dibangun, sebuah persyaratan untuk memenuhi syarat mendapatkan kredit pajak federal senilai 30% dari biaya proyek.
Perubahan tersebut mencakup kewajiban bagi pengembang panel surya skala besar dan ladang angin untuk menyelesaikan pekerjaan fisik, alih-alih hanya menunjukkan bahwa mereka telah menginvestasikan modal. Perusahaan-perusahaan surya mengkritik langkah tersebut tetapi para analis, investor, dan pihak-pihak lain mengatakan pedoman tersebut lebih baik dari yang diperkirakan banyak orang.
Analis Raymond James, Pavel Molchanov menuturkan indeks MAC Global Solar Energy (.SUNIDX) naik 4% pada perdagangan tengah hari Senin (18/8/2025) dengan saham-saham unggulan termasuk perusahaan surya residensial Sunrun (RUN.O) sebesar naik 9%, dan produsen panel First Solar (FSLR.O) sebesar naik 8,6%.
"Meskipun menimbulkan beberapa komplikasi, hal ini masih dapat dikelola," ucapnya.
Beberapa pihak di industri ini khawatir bahwa pengembang proyek harus menanggung sebagian besar biaya proyek agar memenuhi syarat untuk mendapatkan kredit tersebut, atau bahwa mereka akan memiliki jangka waktu yang lebih sempit untuk mengklaim subsidi setelah memulai konstruksi. Departemen Keuangan tidak mengubah jangka waktu 4 tahun untuk proyek yang memulai konstruksi sebelum kredit berakhir.
Undang-Undang One Big Beautiful Bill mewajibkan proyek untuk memulai konstruksi pada bulan Juli tahun depan atau mulai beroperasi pada akhir tahun 2027 agar memenuhi syarat untuk mendapatkan kredit pajak 30% dan bonus yang dapat meningkatkan subsidi lebih tinggi lagi. Berdasarkan undang-undang sebelumnya, kredit tersebut tersedia hingga tahun 2032.