Bisnis.com, JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengemukakan kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Tengah jauh lebih sulit dikendalikan daripada bencana serupa di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kepala BNPB, Suharyanto, mengatakan bahwa Kalimantan Tengah memiliki luasan lahan gambut yang rentan terbakar ketika musim kering, sementara di Nusa Tenggara Timur bukan lahan gambut.
"Nusa Tenggara Timur, meski area terbakar lebih luas, karena bukan gambut, begitu hujan atau intervensi penyiraman air, langsung padam," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (8/8/2025), dikutip dari Antara.
Karakteristik lahan gambut, kata Suharyanto, membuat pengendalian kebakaran di Kalimantan Tengah lebih kompleks. Hal ini berlaku pula di provinsi lain dengan lahan gambut luas seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sumatra Selatan, Jambi, dan Riau.
Suharyanto mengatakan penanganan kebakaran lahan gambut memerlukan intervensi besar, seperti dengan pengerahan tim satuan tugas darat yang berperalatan lengkap. Upaya pemadaman bahkan memerlukan penyiraman udara menggunakan pesawat khusus dan modifikasi cuaca untuk meningkatkan peluang hujan.
"Bila kebakaran melanda lahan gambut, tantangannya menjadi besar, api tidak langsung padam walau disiram air," kata dia.
Baca Juga
BNPB mengingatkan bahwa kesiapsiagaan menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahan adalah hal yang harus diutamakan demi meminimalisasi kerugian ekologis-kesehatan masyarakat di setiap daerah, menyusul puncak musim kemarau yang diperkirakan masih akan berlangsung hingga awal September.
Berdasarkan peta indikasi kebakaran hutan dan lahan Kementerian Kehutanan sepanjang Januari–Juni 2025, luas area terbakar mencakup lahan seluas 8.594 hektare, di mana 80,15% kejadian terjadi di kawasan lahan gambut.
Dari enam provinsi prioritas, Provinsi Kalimantan Barat menjadi wilayah dengan kejadian terbanyak dengan lahan terbakar seluas 1.149 hektare yang diikuti Provinsi Riau sekitar 751 hektare, Kalimantan Tengah 146 hektare, Jambi dan Sumatra Selatan seluas 43 hektare, sementara untuk Kalimantan Selatan belum ada laporan luasan lahan terbakar.
Sementara di Nusa Tenggara Timur, data Kementerian Kehutanan menunjukkan area terbakar selama periode Januari–Juni 2025 mencapai 1.424,23 hektare.