Bisnis.com, JAKARTA — Biro iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggelar pertemuan darurat pada Selasa (29/7/2025) menyusul kekhawatiran bahwa lonjakan harga akomodasi menjelang penyelenggaraan Konferensi Perubahan Iklim COP30 di Brasil bisa menghalangi keikutsertaan negara-negara miskin dalam forum tersebut.
COP30 dijadwalkan berlangsung pada November di Kota Belem, Brasil, yang terletak di kawasan hutan hujan Amazon. Sekitar 45.000 peserta dari hampir seluruh negara di dunia diperkirakan hadir untuk merundingkan langkah bersama dalam menanggulangi krisis iklim. Namun, keterbatasan akomodasi di kota berpenduduk 1,3 juta jiwa itu memicu kekhawatiran logistik, terutama dari negara berkembang.
Dalam rapat darurat Biro COP PBB, Brasil menyatakan kesediaannya untuk menanggapi persoalan ini dan akan memberikan laporan lanjutan pada pertemuan berikutnya pada 11 Agustus.
“Kami diyakinkan oleh Brasil bahwa isu ini akan dibahas kembali. Apakah akomodasi akan memadai atau tidak, akan dipastikan saat itu,” kata Richard Muyungi, Ketua Kelompok Negosiator Afrika, dikutip dari Reuters, Rabu (30/7/2025).
Muyungi menegaskan bahwa negara-negara Afrika tidak bersedia mengurangi jumlah delegasi karena hambatan biaya.
“Kami tidak siap memangkas jumlah delegasi. Brasil punya banyak opsi untuk menyelenggarakan COP yang lebih baik. Karena itu kami mendesak agar Brasil memberikan solusi yang lebih jelas, bukan menyuruh kami mengurangi partisipasi,” ujarnya.
Baca Juga
Seorang diplomat lain yang mengetahui jalannya rapat mengungkapkan bahwa keluhan soal mahalnya harga akomodasi datang tidak hanya dari negara miskin, tetapi juga dari negara maju.
Agenda rapat yang dilihat oleh Reuters memberikan konfirmasi bahwa pertemuan tersebut memang ditujukan untuk membahas “persiapan operasional dan logistik COP30” serta kekhawatiran dari negara-negara berkembang.
Hingga berita ini diturunkan, Kementerian Luar Negeri Brasil belum memberikan tanggapan. Namun pejabat penyelenggara COP30 di Brasil telah berulang kali menjanjikan bahwa negara-negara miskin tetap akan mendapat akses terhadap akomodasi yang terjangkau.
Sementara itu, pihak UNFCCC, badan iklim PBB, juga menolak mengomentari isi rapat tersebut.
Akomodasi Kapal Pesiar
Pemerintah Brasil saat ini tengah berupaya menambah kapasitas akomodasi dari 18.000 tempat tidur hotel yang tersedia di Belem untuk menampung lonjakan pengunjung.
Salah satu solusi yang ditempuh adalah dengan menghadirkan dua kapal pesiar yang akan menyediakan 6.000 tempat tidur tambahan. Brasil juga telah membuka sistem pemesanan khusus bagi negara berkembang, dengan tarif harian hingga US$220.
Namun, angka tersebut tetap lebih tinggi dari tunjangan harian yang diberikan PBB kepada sejumlah negara miskin, yakni US$149 per hari.
Dua diplomat PBB menunjukkan kepada Reuters kutipan harga dari hotel dan pengelola properti di Belem yang mencapai sekitar US$700 per malam per orang selama COP30.
Enam negara, termasuk dari Eropa Barat, mengaku belum mendapatkan akomodasi karena harga yang terlalu tinggi. Beberapa bahkan mempertimbangkan untuk mengurangi delegasi yang berpartisipasi.
Seorang juru bicara pemerintah Belanda menyatakan bahwa jumlah delegasi mereka kemungkinan harus dipangkas setengah dari jumlah biasanya. Pada COP sebelumnya, Belanda mengirim sekitar 90 orang termasuk negosiator, pejabat, dan perwakilan pemuda.
Sementara itu, Wakil Menteri Iklim Polandia, Krzysztof Bolesta, menyatakan awal bulan ini, bahwa delegasi negaranya belum memperoleh akomodasi. Bolesta pun mengungkapkan opsi untuk mengurangi delegasi.
“Dalam situasi ekstrem, bisa jadi kami tidak akan hadir sama sekali,” ujarnya.