Bisnis.com, JAKARTA — Anak usaha perusahaan teknologi Alphabet Inc., Google, menyebut Asia sebagai salah satu kawasan paling menantang di dunia untuk melakukan dekarbonisasi operasional.
Menurut Giorgio Fortunato, Kepala Energi Bersih dan Kelistrikan untuk kawasan Asia Pasifik di Google, sejumlah lokasi seperti Taiwan sangat sulit untuk mendapatkan pasokan listrik hijau yang memadai karena keterbatasan suplai.
Sementara itu, kawasan lain seperti Jepang dinilai tidak memiliki cukup lahan untuk pembangunan pembangkit tenaga surya skala utilitas. Pernyataan ini disampaikan Fortunato dalam Bloomberg Sustainable Business Summit di Singapura.
“Kami membutuhkan portofolio teknologi bersih maju yang dapat mengisi celah dalam kapasitas pembangkitan,” ujarnya, dikutip dari Bloomberg, Rabu (30/7/2025). Dia turut menambahkan bahwa teknologi panas bumi memiliki potensi besar di Asia.
Fortunato menegaskan bahwa Google yang menargetkan emisi nol bersih di seluruh operasionalnya pada 2030 tidak akan mengendurkan ambisi lingkungan.
Hal ini ia sampaikan di tengah meningkatnya kompleksitas upaya dekarbonisasi perusahaan teknologi, seiring dengan lonjakan permintaan energi akibat perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Baca Juga
Meski permintaan energi Google secara global meningkat 27% tahun lalu, emisi dari pusat data mereka justru turun sebesar 12%, ujarnya.