Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Memetik Pelajaran dari Pemadaman Listrik Spanyol di Era Hijau

Investasi global dalam transisi energi telah melampaui US$2 triliun untuk pertama kalinya karena memiliki biaya yang kompetitif dengan batu bara dan gas alam.
Ilustrasi keberadaan pembangkit energi terbarukan./Bisnis - Puspa Larasati
Ilustrasi keberadaan pembangkit energi terbarukan./Bisnis - Puspa Larasati

Bisnis.com, JAKARTA — Ancaman terhadap transisi energi global saat ini sangat banyak mulai dari tarif, ketidakstabilan pasar, ketidakpastian kebijakan, munculnya kecerdasan buatan, dan pergolakan geopolitik. 

Namun, terlepas dari turbulensi yang sebagian besar disebabkan oleh kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump dan penarikan iklim yang berkelanjutan masih tidak dapat dihindari. Hal itu merupakan pesan dari pejabat pemerintah, pemimpin industri, dan eksekutif perusahaan di pertemuan tahunan BloombergNEF di New York.

Saat ini, investasi global dalam transisi energi telah melampaui US$2 triliun untuk pertama kalinya. Energi bersih memiliki biaya yang kompetitif dengan batu bara dan gas alam di sebagian besar dunia. 

Adapun pertemuan BloombergNEF tersebut berlangsung dengan latar belakang pemadaman listrik besar-besaran di Spanyol, yang menggarisbawahi kerentanan jaringan listrik dalam menghadapi usia, cuaca ekstrem, dan meningkatnya permintaan. Hal itu akan semakin penting karena semakin banyak pusat data yang beroperasi.

Hingga saat ini, penyebab pasti pemadaman listrik besar-besaran yang melanda Spanyol dan Portugal pada hari Senin masih belum diketahui. Namun, diperkirakan kegagalan jaringan listrik berjenjang terbaru dengan skala dampak yang mencerminkan apa yang terjadi di Texas pada 2021 dan Puerto Riko di tahun 2017.

Presiden COP30 dan Sekrataris Iklim Brasil Andre Aranha Correa do Lago mengatakan keamanan energi tidak boleh dipandang sebagai hal yang bertentangan dengan transisi energi.

"Kita tidak dapat menganggapnya sebagai salah satu atau yang lain. Kita perlu mewujudkan transisi dan keamanan energi mutlak diperlukan," ujarnya dilansir Bloomberg, Rabu (30/4/2025). 

Menurutnya, transisi global menuju elektrifikasi dan energi bersih akan terus berlanjut meskipun terjadi kekacauan politik di AS. BNEF memproyeksikan bahwa penggunaan tenaga surya dan angin diperkirakan akan meningkat masing-masing 4 kali lipat dan tiga kali lipat pada 2035.

Dengan AS yang mendorong bahan bakar fosil di dalam dan luar negeri, terdapat peluang bagi China untuk menjadi pemimpin global dalam transisi energi.

"CHina menunjukkan keyakinan mutlak bahwa ini adalah cara yang tepat untuk memasukkan iklim ke dalam pertumbuhan ekonomi mereka. Itu karena skala, teknologi, dan komitmen mereka terhadap dilema ini. Mereka telah menurunkan harga panel surya mereka sedemikian rupa sehingga banyak negara Afrika akan dapat beralih ke energi surya," tuturnya. 

Kepala Eksekutif BNEF Jon Moore menuturkan berdasarkan Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional, penyesuaian sistem energi dengan cuaca yang lebih ekstrem sangat penting karena bencana yang menelan biaya miliaran dolar di AS telah meningkat 3 kali lipat sejak tahun 2000-an. Namun, akan ada lebih sedikit pemasangan baterai skala jaringan di AS sebuah teknologi utama untuk mendukung jaringan listrik karena tarif tinggi yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump. 

Pendiri Ara Partners Charles Cherington menuturkan kekacauan pengenaan tarif Trump bukanlah satu-satunya masalah untuk energi bersih. Pemerintahannya juga telah mencabut dukungan untuk energi hijau sambil meningkatkan bahan bakar fosil melalui serangkaian perintah eksekutif.

Ketidakpastian telah menciptakan lingkungan yang sangat menantang untuk keputusan investasi jangka panjang.

"Kami akan secara agresif tidak melakukan apa pun untuk masa mendatang," ucpaya. 

Direktur Pelaksana BMO Capital Markets Andrew Gongaware menuturkan terdapat standar yang lebih tinggi untuk berinvestasi di AS dengan perubahan kebijakan baru-baru ini.

"Kami menghadapi lanskap yang sangat berbeda untuk pembiayaan energi daripada yang kami alami beberapa bulan lalu," ucapnya. 

Mantan direktur Kantor Program Pinjaman Departemen Energi Jigar Shah menambahkan meskipun Trump gemar mencela energi bersih, namun pemerintahannya akan dipaksa untuk berubah pikiran jika ingin memenangkan perlombaan AI dan menurunkan biaya energi.

"Itu akan menyebabkan perhitungan dalam pemerintahan. Mereka tidak dapat melakukannya hanya dengan bahan bakar fosil. Itu akan membutuhkan setiap elektron yang tersedia," tuturnya. 

Terpisah, CEO Xcel Energy Bob Frenzel menuturkan setidaknya beberapa perusahaan utilitas memiliki pandangan yang sama bahwa semua jenis daya dibutuhkan.

Untuk memenuhi permintaan listrik yang terus meningkat termasuk dari pusat data menggunakan tenaga angin, tenaga surya, dan penyimpanan yang tersedia saat ini. Kemudian, turbin gas memiliki waktu tunggu sekitar 5 tahun dan tenaga nuklir setidaknya membutuhkan waktu satu dekade untuk digunakan secara luas. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper