Bisnis.com, JAKARTA — Hashim Djojohadikusumo, adik Presiden RI Prabowo Subianto, menyiapkan NDC (nationally determined contributions) yang akan dbawa ke konferensi perubahan iklim PBB (COP30) 2025 di Brasil.
Hashim mengatakan saat ini posisinya sebagai Utusan Khusus Presiden bidang Perubahan Iklim dan Energi tengah berupaya mempersiapkan langkah pengurangan emisi Indonesia. Terdekat, Indonesia akan terlibat dalam COP30 di Brasil.
"Beberapa bulan lagi saya terlibat dalam COP30 yang berlangsung di Brasil. Dalam hal ini saya siapkan NDC [nationally determined contributions]," kata Hashim dalam sambutannya di acara Peluncuran Pasar Renewable Energy Certificate dan Sinergi Ekosistem Pasar Derivatif, Rabu (9/7/2025).
NDC merupakan rencana aksi iklim yang ditetapkan secara nasional oleh masing-masing negara dan menjadi bagian dari upaya global dalam menangani perubahan iklim. NDC berisi komitmen negara dalam mengurangi emisi. Namun, dia menilai tantangan datang seiring dengan adanya kebijakan tarif AS.
"Masalah ini [pengurangan emisi] menjadi suatu komplikasi atau menghadapi gangguan dengan adanya kebijakan tarif," ujar Hashim.
Hashim juga bercerita terkait alasan dirinya ditugaskan oleh Presiden RI, yang merupakan kakaknya untuk menjadi Utusan Khusus Presiden bidang Perubahan Iklim dan Energi. Menurutnya, Presiden tahu persis bahwa dia sangat peduli dan memperhatikan lingkungan hidup.
Dalam acara Peluncuran Pasar Renewable Energy Certificate dan Sinergi Ekosistem Pasar Derivatif, Hashim juga bercerita bahwa Indonesia sudah mendapatkan pemberitahuan keras dari Presiden AS Donald Trump soal tarif resiprokal yang dikenakan sebesar 32%.
Adapun,dia menilai kebijakan tarif impor AS dan kekhawatiran perang dagang akan meningkatkan biaya komponen-komponen untuk teknologi energi bersih yang kemudian menghambat upaya pengurangan emisi. Apalagi, proyek transisi hijau melibatkan investasi besar dalam infrastruktur yang membutuhkan pengembalian biaya dalam jangka panjang.
Indonesia pun telah menawarkan untuk meningkatkan pembelian dan impor barang AS agar menyeimbangkan neraca perdagangan antar kedua negara. Indonesia berencana melakukan pembelian produk energi (crude oil, LPG, dan gasoline).
Adapun, seiring dengan kebijakan tarif impor AS itu, menurutnya dampak negatif akan juga dirasakan terhadap aksi iklim dan langkah pengurangan emisi.
"Ini [kebijakan tarif impor AS] menunjukan semua ada keterkaitan. Pasti ada dampak negatif ke iklim kita. Pasti ada dampak ke upaya pengurangan emisi kita," ujar Hashim.