Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis kerja sama sektor energi baru terbarukan (EBT)antara Indonesia dengan Uni Eropa makin kuat setelah kesepakatan Indonesia-European Union Comprehensive (IEU-CEPA) rampung.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, pihaknya akan fokus menggali potensi kerja sama di sektor EBT Eropa yang selama ini dinilai sudah lebih mumpuni.
"Untuk CEPA, kita kan kerja sama ekonomi bidangnya cukup banyak, salah satunya energi. Di Eropa itu sudah sangat advance terhadap efisiensi energi dan juga energi baru terbarukan. Jadi ya kita akan fokus di area itu," kata Yuliot kepada wartawan Selasa (15/7/2025).
Kendati demikian, Yuliot belum dapat memberikan penjelasan lebih lanjut terkait potensi EBT apa saja yang bisa diupayakan dalam kemitraan tersebut. Namun, Indonesia dan Uni Eropa sebelumnya telah membentuk kerja sama EU Desk untuk mempermudah akses penanaman modal asing (PMA) dari Eropa.
Pembentukan EU Desk dilakukan oleh Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bersama delegasi Uni Eropa pada Juni 2025.
Nantinya, EU Desk bertindak sebagai pusat layanan bagi investor Uni Eropa yang ingin menanamkan modal di Indonesia, dengan fungsi yang mencakup penyediaan intelijen pasar, panduan perizinan usaha, fasilitasi kerja sama bisnis, identifikasi proyek-proyek investasi potensial, serta harmonisasi kebijakan regulasi antara kedua pihak.
Baca Juga
Fokus kerja sama diarahkan pada sektor-sektor masa depan yang relevan dengan kebijakan prioritas Indonesia dan Eropa. EU Desk disebut akan menciptakan lebih banyak kemitraan antara Uni Eropa dan Indonesia sejalan dengan percepatan penyelesaian EU-CEPA (European Union-Comprehensive Economic Partnership Agreement).
Sementara itu, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Denis Chaibi menjelaskan bahwa saat ini Uni Eropa memiliki total persediaan investasi global sebesar US$11.000 miliar. Namun, porsi investasi yang terserap di Indonesia masih tergolong rendah.
Oleh karena itu, sambungnya, Indonesia merupakan salah negara tujuan untuk mendorong diversifikasi investasi Uni Eropa. Bahkan, Denis mengungkapkan Uni Eropa siap masuk ke sektor-sektor yang menjadi visi Asta Cita pemerintah Presiden Prabowo Subianto seperti di bidang energi.
“Kami juara di bidang energi terbarukan, air, pengolahan limbah, teknologi, dan untuk semua itu, perusahaan Eropa adalah pemimpin dunia atau nomor dua. Kami ingin mendukung upaya Indonesia dalam menarik lebih banyak FDI [foreign direct investment] yang berdampak, menciptakan lapangan pekerjaan, serta mendorong kerja sama di sektor-sektor strategis,” ungkap Denis pada kesempatan yang sama.
Adapun, berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, total realisasi investasi Uni Eropa selama periode 2019 sampai dengan kuartal I/2025 mencapai US$13 miliar.
Secara terperinci, sebagian besar investasi tersebut ada di sektor industri kimia dan farmasi sebesar US$2,1 miliar; listrik, gas dan air US$1,9 miliar; perumahan, kawasan industri dan kawasan perkantoran US$1,1 miliar; transportasi, pergudangan dan komunikasi US$1,07 miliar; serta jasa lainnya US$1,05 miliar.