Bisnis.com, PARIS - Adik Presiden RI Prabowo Subianto sekaligus Utusan Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo mengungkapkan pemerintah berpeluang untuk menggandeng Prancis dalam mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia.
Hashim menuturkan, banyak perusahaan dari Eropa, khususnya Prancis, yang berminat untuk berinvestasi dalam pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT), terutama tenaga air atau PLTA di Indonesia.
Namun, tak menutup kemungkinan pemerintah akan menawarkan peluang investasi PLTN kepada perusahaan-perusahaan Prancis. Apalagi, kata Hashim, Prancis cukup maju dalam pengembangan teknologi pembangkit nuklir.
"Industri nuklir Prancis sangat kuat, 80% listrik di Prancis itu hasil dari tenaga nuklir. Mungkin perusahaan Prancis juga mau berpartisipasi dengan program nuklir kita," ujar Hashim di Paris, Prancis, Selasa (15/7/2025).
Adapun, pemerintah telah merencanakan pengembangan PLTN dengan kapasitas 500 megawatt (MW) pada tahap awal, yang nantinya akan ditingkatkan menjadi 10 gigawatt (GW). Rencana pembangunan PLTN 500 MW telah tercantum dalam Rencana Usaha Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025-2035. Pasokan listrik dari pembangkit nuklir ditargetkan masuk ke dalam jaringan PLN pada 2032-2033.
Pengembangan PLTN terlebih dulu akan difokuskan di wilayah Indonesia bagian barat yang membutuhkan pasokan listrik lebih besar. Berdasarkan RUPTL PLN 2025-2035, lokasi pembangunan PLTN direncanakan berada di Sumatra dengan kapasitas 250 MW dan Kalimantan sebesar 250 MW.
Baca Juga
Ke depan, kata Hashim, pembangkit nuklir juga berpotensi dikembangkan di wilayah Indonesia bagian timur dengan skema terapung.
"Nanti di Indonesia bagian timur juga diperlukan. Nanti lebih banyak yang namanya small modular reactors dan kemungkinan besar nanti akan terapung. Tenaga nuklir terapung, di atas kapal, untuk Indonesia bagian timur," kata Hashim.
Hashim menekankan bahwa pada dasarnya teknologi nuklir merupakan teknologi pembangkit paling aman di dunia. Dia mencontohkan, dalam 40-50 tahun, tercatat hanya ada tiga insiden terkait pembangkit nuklir, yakni di Chernobyl, Ukraina; Three Mile Island, Amerika Serikat; dan Fukushima, Jepang.
Menurutnya, ketiga insiden tersebut lebih disebabkan adanya kesalahan manusia atau human error. Untuk itu, dalam pengembangan pembangkit nuklir nantinya Indonesia akan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk meminimalisir human error.
"Salah satu hal yang bisa dipakai adalah AI. Tenaga nuklir nanti akan dikendalikan dengan komputer dan sebagainya. Supaya tidak ada human error lagi. Nanti tenaga manusia hanya pelengkap saja," tutur Hashim.