Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Sektor Energi Bersih Bertahan di Tengah Perang Dagang

Pada akhirnya, tarif cenderung mendorong biaya teknologi bersih lebih tinggi saat teknologi bersih sudah jauh lebih mahal di AS dibandingkan dengan negara lain.
Ilustrasi keberadaan pembangkit energi terbarukan./Bisnis - Puspa Larasati
Ilustrasi keberadaan pembangkit energi terbarukan./Bisnis - Puspa Larasati

Bisnis.com, JAKARTA — Perang dagang dinilai memberikan pukulan terhadap transisi energi di Amerika Serikat. Kendati demikian, masih ada harapan karena negara China tengah mengejar ambisinya terhadap energi terbarukan. 

Analis UBS Wealth Amantia Muhedini mengatakan pemisahan hubungan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia memperkuat tantangan bagi perusahaan AS untuk mengimpor komponen penting bagi teknologi terkait dekarbonisasi.

"Pada akhirnya, tarif cenderung mendorong biaya teknologi bersih lebih tinggi pada saat teknologi bersih sudah jauh lebih mahal di AS dibandingkan dengan negara lain," ujarnya dikutip Bloomberg, Rabu (9/4/2025). 

Indeks saham dengan tema energi bersih awalnya mampu bertahan dari goncangan pengumuman tarif Presiden Donald Trump pada tanggal 2 April. Namun, UBS mencatat hal itu kemungkinan besar disebabkan oleh keberadaan utilitas AS dalam indeks tersebut yang sempat dianggap sebagai tempat berlindung oleh investor. Perdagangan tersebut telah berakhir dan saham energi bersih telah terseret turun bersama dengan pasar yang lebih luas.

Pembangkit listrik tenaga angin China Longyuan Power Group Corp. dan operator bendungan hidro China Yangtze Power Co. dan Huaneng Lancang River Hydropower Inc adalah tiga dari hanya 20 perusahaan di CSI 300 yang sahamnya naik dari awal perdagangan Senin hingga tengah hari Selasa. Indeks secara keseluruhan turun selama dua sesi terakhir.

Perusahaan utilitas mendapat keuntungan dari input berbiaya rendah dan bebas tarif seperti sinar matahari, angin, dan air, dan pengembang China sebagian besar bergantung pada rantai pasokan domestik untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya, angin, dan hidro.

"Sektor listrik Tiongkok tetap menjadi salah satu yang paling defensif, dan kami lebih memilih hidro daripada operator listrik lainnya karena biaya pembangkitan terendah, dukungan valuasi, dan fundamental yang layak," kata Analis Jefferies Alan Lau dan Johnson Wan dalam catatan penelitian. 

Direktur pelaksana Seraya Partners Khan Yow menuturkan investor juga mengharapkan lebih banyak peralatan energi bersih untuk dibeli dan dijual di Asia.

"Asia menjual kembali ke Asia akan menjadi tema besar. Asia akan sedikit terlindungi dari tindakan balasan," ucapnya. 

Investor melihat Asia sebagai taruhan jangka panjang yang bagus untuk pertumbuhan energi bersih. Salah satu lindung nilai terkuat adalah menggandakan fokus kami pada Asia sebagai kawasan dalam energi terbarukan, transisi energi, dan infrastruktur digital. 

Sementara itu, Pendiri Minotaur Capital Armina Rosenberg menuturkan kekacauan pasar dapat menginspirasi lebih banyak investor untuk mengambil alih perusahaan energi bersih menjadi perusahaan tertutup.

"Masuk akal jika akan ada peningkatan dalam transaksi pengambilalihan saham di sektor energi bersih karena valuasi pasar publik mengalami tekanan," 

Rosenberg mencatat mungkin ada beberapa peluang bagus di perusahaan yang berfokus pada perangkat lunak manajemen energi, pengoptimalan jaringan, atau sistem energi pintar yang memiliki teknologi dasar yang solid tetapi menghadapi volatilitas pasar.

"Aktivitas ekonomi yang lebih rendah memang menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah. Namun, ini bukanlah pendekatan yang tahan lama seperti yang telah kita pelajari dalam lima tahun terakhir sejak pandemi Covid-19," ucapnya. 

Data Journalist Insurify Matt Brannon menuturkan biaya untuk membangun kembali rumah setelah bencana iklim akan naik karena tarif diperkirakan akan menaikkan biaya bahan bangunan. Hal itu pada gilirannya dapat menaikkan tarif asuransi lebih jauh karena biaya perbaikan menjadi lebih mahal. 

Biaya tahunan rata-rata asuransi rumah diperkirakan akan meningkat 8% secara nasional pada akhir tahun menjadi US$3.520 untuk rumah senilai US$400.000. Beberapa negara bagian termasuk Louisiana, Iowa, dan Minnesota, akan mengalami kenaikan dua digit.

"Trump ingin memenuhi janjinya untuk menghidupkan kembali batu bara. Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang akan membantu memperluas penambangan dan penggunaan batu bara di dalam AS. Langkah tersebut merupakan upaya untuk mendorong pesatnya pertumbuhan pusat data yang haus energi sekaligus berupaya menghidupkan kembali industri bahan bakar fosil AS yang sedang merosot," tuturnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper