Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dukung Keberlanjutan, Ini Langkah Sinar Mas Land Bangun Kawasan Green Living

Sektor bangunan harus mengurangi emisi karbon hingga mencapai nol pada 2060 bersama dengan sektor lainnya untuk memerangi pemanasan global.
Sinar Mas Plaza
Sinar Mas Plaza

Bisnis.com, JAKARTA — Sinar Mas Land berkomitmen dalam mengembangkan kawasan green living terutama di Bumi Serpong Damai (BSD) City.

Hingga saat ini, Sinar Mas Land telah memiliki 14 bangunan properti baik berupa gedung perkantoran, komersial, dan hunian yang telah memiliki sertifikat hijau. Di tahun ini, Sinar Mas Land menargetkan akan ada tambahan 2 proyek gedung perkantoran dan kawasan perumahan yang bersertifikat hijau.

Advisor President Office Sinar Mas Land Ignesz Kemalawarta mengatakan sertifikasi hijau dari Green Building Council Indonesia (GBCI) sangat penting untuk membuktikan produk properti benar-benar dibangun dan mengadopsi konsep ramah lingkungan.

Dia menuturkan konstruksi bangunan properti menyumbang 40% pada emisi karbon. Dalam mengoperasikan sebuah bangunan terdapat peralatan seperti pemanas, AC, pencahayaan, sistem transportasi, dan lainnya turut serta menyumbang emisi karbon.

Sektor bangunan harus mengurangi emisi karbon hingga mencapai nol pada 2060 bersama dengan sektor lainnya untuk memerangi pemanasan global. Oleh karena itu, konsep green building sangat penting untuk mengurangi dampak lingkungan.

“Kita juga harus memahami bahwa perubahan iklim terjadi karena panas yang masuk ke bumi tidak dapat keluar kembali, akibat terlalu banyak emisi karbon di atmosfer. Misalnya, di Dubai, suhu pernah mencapai 61 derajat Celcius, yang menunjukkan betapa ekstremnya perubahan iklim saat ini,” ujarnya dikutip Sabtu (22/3/2025). 

Hal tersebut membuat pengembangan kawasan BSD City berkonsep green living untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Hal ini diawali dengan konsep green pada masterplan kawasan, bangunan komersial, dan rumah tinggal.

BSD City telah mengembangkan banyak taman hijau dan jalur pejalan kaki dan jalur sepeda di sepanjang sungai. Hal ini agar masyarakat lebih nyaman dalam beraktivitas di ruang terbuka.

“Kami punya kawasan Nava Park yang mendapatkan platinum greenship, lalu juga hunian Armont merupakan rumah dengan sertifikat greenship home pertama di Indonesia dan Terravia merupakan klaster kedua dengan greenship platinum,” katanya. 

Pihaknya tak menampik konsep green building masih kurang diminati di Indonesia. Pasalnya, masih banyak yang lebih memilih harga murah daripada mempertimbangkan aspek keberlanjutan. Berbeda dengan Singapura, di mana masyarakat sudah terbiasa memilih bangunan ramah lingkungan meskipun harganya lebih tinggi.

“Biaya konstruksi bangunan yang menerapkan standar hijau dan ramah lingkungan lebih tinggi 4%,” ucap Ignesz. 

Kendati demikian, dalam jangka panjang, investasi dalam green building sebenarnya lebih menguntungkan karena dapat menghemat energi hingga 40% dalam kurun waktu tertentu.

“Saat ini, masih sedikit properti di Indonesia yang menerapkan konsep green building secara optimal. Padahal, bangunan hijau memiliki banyak manfaat, baik untuk pemerintah maupun masyarakat,” tuturnya. 

Dia mencontohkan implementasi bangunan hijau pada gedung BFC dimana dirancang sebagai smart green building sekaligus pandemic-ready building. Gedung tersebut selain hemat energi, gedung ini juga memiliki sistem yang siap menghadapi situasi pandemi.

Dia menuturkan dalam sertifikasi green building, ada beberapa aspek yang dinilai seperti efisiensi energi dimana memanfaatkan energi secara optimal.

Kemudian, kualitas udara dalam ruangan untuk udara yang bersih dan sirkulasi yang baik. Selanjutnya, manajemen limbah dimana limbah tidak langsung dibuang tetapi diolah terlebih dahulu sebelum dilepas ke lingkungan.

Selain itu, di sektor perumahan terdapat konsep rumah hijau yang mengedepankan kesehatan, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah yang lebih baik. Rumah-rumah ini dirancang untuk mengurangi penggunaan material beracun dan memastikan lingkungan yang lebih sehat bagi penghuninya.

“Dalam green building dilarang menggunakan material beracun seperti cat dengan VOC tinggi dikarenakan partikel tersebut beracun bagi paru-paru,” ujarnya. 

Adapun untuk bangunan rumah dan gedung bersertifikat hijau menggunakan sebesar 30% material ramah lingkungan green label. Dalam proses produksi material green label tersebut dinyatakan bertanggung jawab secara jarak material ke pabrik, penggunaan air, rendah karbon, dan lainnya.

“45% material bersertifikat ISO 14000 dimana prosedur produksi dilakukan dengan proses yang benar secara lingkungan berkelanjutan,” katanya. 

Menurutnya, green building bukan sekadar tre, melainkan sebuah kebutuhan untuk masa depan yang lebih baik.

“Kita perlu mengubah pola pikir masyarakat agar lebih peduli terhadap keberlanjutan lingkungan,” ucap Ignesz. 

Dalam kesempatan yang sama, VP of Market Research and Product Strategy Sinar Mas Land Dwi Novita Yeni berpendapat ecological lifestyle merupakan gaya hidup yang meminimalisir aktivitas yang berdampak negatif terhadap lingkungan.

“Berdasarkan data Sinar Mas Land, 63% konsumen bersedia membayar lebih mahal untuk produk yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, mereka mulai meninggalkan fast fashion karena industri ini berkontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca dan pencemaran air akibat limbah produksi,” tuturnya. 

Konsumen juga semakin selektif dalam memilih merek dan lebih cenderung membeli dari perusahaan yang memiliki komitmen keberlanjutan. Dalam sektor properti, terdapat beberapa faktor utama yang diperhatikan, yaitu lokasi, aksesibilitas, ukuran, kenyamanan, dan keberlanjutan.

Dalam aspek keberlanjutan, terdapat fokus pada efisiensi energi, konsumsi ramah lingkungan, serta penggunaan desain ruang yang memaksimalkan sirkulasi udara alami sehingga dapat mengurangi penggunaan pendingin udara buatan.

Sinar Mas Land termasuk dalam kategori medium risk dalam peringkat keberlanjutan perusahaan atau ESG risk rating 22,2. Jika dilihat dari segi operasional, maka perusahaan masih berada pada tingkat risiko menengah dalam hal emisi gas rumah kaca tetapi telah mengimplementasikan berbagai inisiatif untuk menguranginya.

Adapun sejumlah langkah yang telah dilakukan Sinar Mas Land yakni dengan emasangan panel surya di bangunan komersial dan residensial dalam upaya efisiensi energi. Dari sisi manajemen air dan limbah, perusahaan memanfaakan kembali air hujan. Lalu juga penggunaan material ramah lingkungan dalam pembangunan.

“Pada Desember 2023, sebesar 29% material konvensional telah digantikan dengan material ramah lingkungan,” ujar Novita.

Sinar Mas Land juga melakukan sertifikasi green sebagai standar keberlanjutan. Adapun terdapat proyek perumahan yang mendapatkan sertifikat emas dari GBCI. Properti terbaru dengan konsep ramah lingkungan ini telah diluncurkan pada Januari 2025.

“ISO 41001 untuk manajemen fasilitas, penggunaan pendingin ruangan dengan refrigeran R32 yang lebih ramah lingkungan, material bebas merkuri dan cat PVC-free, dan penerapan pencahayaan hemat energi sesuai standar nasional,” katanya. 

Dengan inisiatif tersebut, Novita berharap semakin banyak proyek yang memperhatikan aspek keberlanjutan dan mendukung gaya hidup ekologis yang lebih baik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler