Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Teknologi Penyimpanan Energi: Harga Proyek BESS Turun 93%

Proyek BESS berbasis energi terbarukan lebih ekonomis 91% dibanding fosil pada 2024. Harga turun 93% sejak 2010, didorong inovasi dan skala ekonomi.
Fasilitas penyimpanan energi melalui baterai lithium-ion di pembangkit tenaga surya Roadrunner, dekat McCamey, Texas./ Bloomberg - Jordan Vonderhaar
Fasilitas penyimpanan energi melalui baterai lithium-ion di pembangkit tenaga surya Roadrunner, dekat McCamey, Texas./ Bloomberg - Jordan Vonderhaar

Bisnis.com, JAKARTA – Proyek pembangkit berbasis energi terbarukan tercatat 91% lebih ekonomis dibandingkan dengan proyek berbahan bakar fosil pada 2024. Salah satu keekonomian proyek datang dari teknologi sistem penyimpanan energi baterai (BESS) dari pembangkit energi terbarukan. 

Data tersebut terungkap dalam laporan terbaru dari International Renewable Energy Agency (IRENA) tentang Biaya Pembangkitan Listrik Terbarukan pada tahun 2024.

Laporan tersebut mengonfirmasi bahwa energi terbarukan mempertahankan keunggulan harganya dibandingkan bahan bakar fosil, dengan penurunan biaya didorong oleh inovasi teknologi, rantai pasokan yang kompetitif, dan skala ekonomi.

Biaya penyimpanan baterai skala utilitas turun menjadi US$192/kWh pada 2024 atau terjun 93% sejak 2010. Faktor pendorong yang memengaruhi penurunan harga adalah peningkatan skala manufaktur, peningkatan material, serta efisiensi produksi.

Penyimpanan baterai, sistem hibrida yang menggabungkan tenaga surya, angin, dan BESS, serta teknologi digital semakin vital untuk mengintegrasikan energi terbarukan variabel. Alat digital yang diaktifkan oleh kecerdasan buatan (AI) juga meningkatkan kinerja aset dan respons jaringan.

Francesco La Camera, Direktur Jenderal IRENA, mengatakan setelah lebih dari satu dekade penurunan biaya tercatat signifikan, sehingga harga listrik PLTS dan PLTB onshore mulai stabil. Hal ini menunjukkan sebuah tanda alami dari kematangan pasar. 

“Teknologi seperti PLTS dan PLTB onshore kini telah banyak digunakan, dengan rantai pasokan yang efisien dan kompetitif. Sementara itu, teknologi pendukung yang muncul, seperti sistem penyimpanan energi baterai, terus mengalami pengurangan biaya yang cepat,” katanya dalam keterangan tertulis di laman resmi IRENA, dikutip Senin (4/8/2025).

Merujuk Laporan IRENA, baterai lithium-ion, yang menggunakan kimia litium besi fosfat (LFP), mendominasi penerapan BESS skala utilitas. Pemasangan BESS semakin banyak dilakukan bersamaan dengan sumber energi terbarukan yang bervariasi, khususnya PLTS. 

“Tujuannya adalah untuk membantu mengatasi puncak permintaan, mengatur frekuensi listrik, dan menyeimbangkan jaringan,” tulis laporan tersebut.

Adapun Amerika Serikat dan China memimpin pertumbuhan BESS global. Hal ini didukung oleh berbagai insentif kebijakan nasional dan mandat integrasi jaringan di kedua negara tersebut.

Tercatat, penambahan kapasitas penyimpanan energi yang didominasi BESS menembus 40 GW pada 2024. Angka ini menunjukkan peningkatan lebih dari 60% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan Amerika Serikat, China, dan Eropa sebagai pemimpin proyek.

Amerika Serikat sendiri menambahkan sekitar 10 GW, yang sebagian besar ditempatkan bersamaan dengan instalasi PLTS. Sementara itu, China menyumbang lebih dari separuh total instalasi BESS global, didukung oleh mandat nasional untuk penyimpanan energi bersamaan dengan penambahan kapasitas energi terbarukan yang baru.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro