Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laporan IRENA: Lebih dari 90% Proyek Energi Terbarukan Lebih Murah daripada Listrik Fosil

Laporan terbaru IRENA mengungkap lebih dari 90% proyek energi terbarukan lebih murah daripada fosil dan hemat biaya hingga US$57 miliar.
Ladang turbin pembangkit listrik tenaga angin di Movave, California, Amerika Serikat./Reuters-Mike Blake
Ladang turbin pembangkit listrik tenaga angin di Movave, California, Amerika Serikat./Reuters-Mike Blake
Ringkasan Berita
  • Laporan IRENA mengungkapkan bahwa lebih dari 90% proyek energi terbarukan pada 2024 lebih murah dibandingkan pembangkit berbasis fosil, didorong oleh inovasi teknologi dan skala ekonomi.
  • Biaya produksi tenaga angin darat dan panel surya PV masing-masing mencapai US$0,034/kWh dan US$0,043/kWh, menghasilkan penghematan biaya hingga US$57 miliar dari penggunaan energi fosil.
  • Meski biaya energi terbarukan menurun, tantangan seperti ketegangan geopolitik dan kendala pasokan dapat mempengaruhi biaya, terutama di Eropa dan Amerika Utara, sementara Asia, Afrika, dan Amerika Selatan berpotensi mengalami penurunan biaya lebih tajam.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Laporan terbaru dari Badan Energi Terbarukan Internasional (International Renewable Energy Agency/IRENA) mengungkap bahwa lebih dari 90% proyek energi terbarukan yang dikembangkan pada 2024 memiliki biaya lebih murah dibandingkan dengan pembangkit berbasis bahan bakar fosil.

Laporan bertajuk Renewable Power Generation Costs in 2024 yang dirilis pada Selasa (22/7/2025) tersebut menegaskan bahwa mayoritas proyek energi terbarukan yang baru beroperasi memiliki biaya yang lebih hemat daripada sebagian besar energi fosil di seluruh dunia. Penurunan biaya ini didorong oleh inovasi teknologi, rantai pasok yang kompetitif, dan skala ekonomi yang terus meningkat.

Sepanjang 2024, biaya teknologi panel surya fotovoltaik (PV) rata-rata 41% lebih murah dibandingkan alternatif bahan bakar fosil termurah, sementara proyek tenaga angin darat (onshore wind) bahkan 53% lebih hemat. Tenaga angin darat menjadi sumber listrik terbarukan termurah dengan biaya produksi US$0,034/kWh, disusul panel surya PV sebesar US$0,043/kWh.

Adapun penambahan kapasitas energi terbarukan sebesar 582 gigawatt (GW) pada 2024 menghasilkan penghematan biaya yang signifikan. Kehadiran infrastruktur listrik hijau ini mampu menghemat biaya dari penggunaan energi fosil hingga US$57 miliar.

Secara khusus, 91% dari proyek energi terbarukan yang mulai beroperasi tahun lalu lebih ekonomis dibandingkan pembangkit fosil baru mana pun.

“Biaya energi terbarukan baru telah mengungguli bahan bakar fosil. Hal ini membuka peluang untuk energi yang terjangkau, aman, dan berkelanjutan,” ujar Direktur Jenderal IRENA, Francesco La Camera dalam siaran pers, dikutip Rabu (23/7/2025).

Namun, La Camera mengingatkan bahwa kemajuan ini bukanlah hal yang otomatis. Ketegangan geopolitik, tarif perdagangan, dan kendala pasokan bahan baku dapat memperlambat momentum dan mendorong kenaikan biaya.

“Untuk menjaga capaian transisi energi, kita harus memperkuat kerja sama internasional, menjamin rantai pasok yang terbuka dan tangguh, serta menciptakan kebijakan dan kerangka investasi yang stabil, terutama di negara-negara Selatan Global. Transisi menuju energi terbarukan bersifat tak terelakkan, namun kecepatannya sangat tergantung pada pilihan kebijakan yang kita ambil hari ini,” katanya.

Meski penurunan biaya diperkirakan akan terus terjadi seiring dengan kematangan teknologi dan penguatan rantai pasok, tantangan jangka pendek tetap ada. Ketegangan geopolitik, tarif perdagangan, serta kendala bahan baku dan dinamika manufaktur global, khususnya di China, berpotensi menaikkan biaya secara temporer.

Biaya yang lebih tinggi diproyeksikan akan bertahan di Eropa dan Amerika Utara, seiring dengan hambatan struktural seperti keterlambatan perizinan, kapasitas jaringan listrik yang terbatas, serta tingginya biaya komponen pendukung.

Sementara itu, wilayah Asia, Afrika, dan Amerika Selatan berpeluang mengalami penurunan biaya yang lebih tajam karena potensi energi terbarukan yang tinggi dan tingkat adopsi yang cepat.

Laporan IRENA ini juga membahas faktor struktural biaya dan kondisi pasar yang membentuk investasi energi hijau. Laporan ini menekankan bahwa kerangka pendapatan yang stabil dan dapat diprediksi sangat penting untuk mengurangi risiko investasi dan menarik pendanaan.

Biaya pembiayaan masih menjadi faktor penentu kelayakan proyek. Di banyak negara berkembang di belahan bumi selatan, biaya modal yang dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi dan persepsi risiko investasi secara signifikan meningkatkan biaya pembangkitan listrik (levelized cost of electricity/LCOE).

Sebagai contoh, IRENA mencatat bahwa meskipun biaya pembangkitan tenaga angin darat di Eropa dan Afrika serupa, yakni sekitar US$0,052/kWh pada 2024, struktur biaya di kedua kawasan berbeda tajam.

Di Eropa, biaya didominasi oleh belanja modal, sementara proyek di Afrika menanggung porsi biaya pembiayaan yang jauh lebih besar. Asumsi biaya modal IRENA berkisar 3,8% di Eropa dan 12% di Afrika. Hal ini mencerminkan perbedaan profil risiko investasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro