Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas bursa efek Thailand berencana memperkenalkan pasar unit karbon baru tahun ini. Hal ini dilakukan seiring dengan upaya untuk meningkatkan geliat pasar karbon negara ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara tersebut.
Sekretaris Jenderal Komisi Sekuritas dan Bursa Thailand Pornanong Budsaratragoon mengatakan bursa efek negara tersebut akan mengoperasikan platform anyar. Proposal kanal baru perdagangan karbon ini tengah diajukan di tengah tantangan permintaan dan harga karbon yang rendah.
“Thailand butuh pasar kredit karbon yang lebih aktif,” kata Pornanong dalam wawancara dengan Bloomberg, dikutip Kamis (16/1/2025).
Dia mengemukakan bursa efek Thailand akan menawarkan ahli perdagangan dan basis investor yang lebih luas untuk mendukung target tersebut.
Thaksin Shinawatra, pemimpin partai berkuasa Thailand, memang menyerukan pembentukan pasar kredit karbon baru. Hal ini juga sejalan dengan sejumlah upaya terpisah untuk memperkuat pasar saham Thailand.
Indeks harga saham gabungan Thailand (SET Index) tercatat telah terkoreksi sebesar 3,40% sepanjang 2025. Performa ini menjadikan pasar saham Thailand menempati peringkat ke-32 dari 35 indeks saham dunia.
Baca Juga
Perdagangan tebus karbon (carbon offset) domestik Thailand memang menghadapi kendala pasokan berlebih dan harga yang rendah menurut laporan BloombergNEF. Dalam kurun 2016 sampai Oktober 2024, volume karbon yang terjual hanya sebesar 3,5 juta ton, kontras dengan volume penawaran yang menembus 20,5 juta ton.
Thailand tercatat telah melakukan penawaran kredit karbon ke pasar internasional. Negeri Gajah Putih juga menjalin kesepakatan perdagangan karbon antarnegara.
Bersama dengan Indonesia, Malaysia dan Vietnam, Thailand dinilai memegang posisi penting sebagai pemasok kredit karbon. Terlebih dengan potensi permintaan global yang meningkat.