Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Asisten Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) mengadakan pertemuan untuk membahas peluang kerja sama dalam sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani menjelaskan peluang dan potensi investasi di Tanah Air.
Shinta menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki Nature Based Solutions (NBS) terbesar kedua di dunia setelah Brazil, hingga 1,5 GtCO2/tahun dan memiliki sumber daya energi terbarukan dengan total 3.686 Gigawatt.
“Namun, dari total kapasitas 3.686 GW tersebut, baru 12,54 MW yang telah dimanfaatkan. Dengan mengembangkan potensi ini, Indonesia dapat memiliki lebih dari 1,1 terawatt kapasitas energi terbarukan dan dapat menjadi pemimpin dalam transisi global menuju energi terbarukan,” tutur Shinta dalam pertemuan tersebut, dikutip dari keterangan resmi Kadin Indonesia, Jumat (12/7/2024).
Dalam pertemuan tersebut, Ketua Pokja Transisi Energi Kadin Indonesia, Anthony Utomo, juga menuturkan tiga inisiatif utama untuk membantu menyiapkan perusahaan Indonesia menarik investor lokal maupun global.
Inisiatif tersebut meliputi, pertama, mendorong implementasi Green Development Initiative, yakni pengembangan strategi menuju ekosistem industri hijau yang berkelanjutan dengan penggunaan energi bersih.
Baca Juga
Kedua, adalah mengembangkan Renewable Energy Manufacturing, untuk mendukung kemandirian teknologi rantai pasok domestik, utamanya untuk mendukung pengembangan energi bersih sesuai roadmap TKDN Indonesia.
Ketiga, yakni mengakselerasi Distributed Energy dengan mempercepat distribusi energi atau pemanfaatan generator energi bersih mandiri untuk konsumsi industri, dan mendorong penggunaan energi bersih lewat berbagai solusi inovatif yang disediakan anggota Kadin.
Menurut Anthony, lewat inisiatif tersebut dapat membantu meningkatkan daya saing perusahaan-perusahaan di Indonesia dan menciptakan nilai tambah.
“Adanya investasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat ini merupakan bukti bahwa Indonesia memiliki potensi investasi yang menjanjikan pada sektor EBT,” terangnya.
Dana JETP Disetujui Rp16 Triliun
Dalam kesempatan tersebut, Assistant Secretary for International Trade and Development, Departemen Keuangan AS, Alexia Latortue, mengumumkan persetujuan dana sebesar US$1 miliar atau sekitar Rp16 triliun untuk pembiayaan Just Energy Transition Partnership (JETP).
Adapun, dana US$1 miliar yang disetujui tersebut merupakan bagian dari US$10 miliar dari International Partners Group (IPG).
“Jadi US$1 miliar pembiayaan JETP telah disetujui, dan US$2,4 miliar lainnya sedang dalam proses negosiasi,” terang Latortue, ketika ditemui usai pertemuan dengan Kadin, Kamis (11/7).
Kemudian, dari dana yang baru saja disetujui tersebut, AS juga turut andil dalam proyek geothermal atau panas bumi Ijen, yakni proyek yang disetujui dan dibiayai oleh US Development Finance Corporation (DFC).