Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cuaca Ekstrem dan Perubahan Iklim Jadi Tantangan Besar Industri Energi Bersih EBT Global

Cuaca ekstrem dan perubahan iklim mengancam industri energi bersih global. Perusahaan beralih ke asuransi parametrik untuk melindungi pendapatan dari kerugian cuaca.
Ilustrasi keberadaan pembangkit energi terbarukan./Bisnis - Puspa Larasati
Ilustrasi keberadaan pembangkit energi terbarukan./Bisnis - Puspa Larasati

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan energi baru terbarukan tengah berjuang melindungi dari cuaca ekstrem dan perubahan iklim fluktuatif.

Proyek energi terbarukan dapat kehilangan pendapatan yang substansial jika angin tidak bertiup, jika awan menghalangi matahari, atau ketika badai menghantam infrastruktur yang mahal. Untuk melindungi diri dari kerugian akibat iklim tersebut, banyak pemilik beralih ke asuransi parametrik, sebuah produk yang memberikan kompensasi cepat ketika metrik terkait cuaca tertentu terpenuhi. 

Kepala Global Cuaca dan AgRisk Partners Reasuransi Munich Re Marcel-Steffen Reif mengatakan semakin banyak perusahaan energi bersih yang menggunakan asuransi parametrik untuk melengkapi program ganti rugi tradisional. 

Berdasarkan data Layanan Perubahan Iklim Copernicus, pergeseran ini didorong oleh meningkatnya dampak pemanasan global terhadap aset hijau. Di Texas, ladang surya sering dilanda hujan es, sementara ladang angin mengalami kerusakan parah selama badai musim dingin. Australia mengalami kecepatan angin yang lebih rendah di beberapa wilayah dan tutupan awan yang lebih banyak di wilayah lain. Hampir setengah dari kapasitas energi terbarukan Eropa akan berada dalam risiko kritis akibat cuaca ekstrem kecuali ada upaya lebih lanjut untuk melindunginya. 

Indonesia, Malaysia, dan Brunei telah menyaksikan penurunan besar dalam radiasi matahari. Kemudian Qatar dan Kuwait telah mengalami penurunan kecepatan angin abad ini. 

Profesor Madya Energi Berkelanjutan Imperial College London Iain Staffell menuturkan ancaman ini khususnya serius di India, di mana rencana Perdana Menteri Narendra Modi untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan lebih dari dua kali lipat pada 2030 dapat terhambat oleh tingginya kerentanan negara tersebut terhadap kekeringan akibat angin dan berkurangnya radiasi matahari.

Pembangkit listrik tenaga angin di sana turun sebesar 0,77 petawatt jam per dekade antara tahun 1980 dan 2016 karena perbedaan suhu yang lebih rendah antara daratan dan Samudra Hindia memperlambat aliran angin.

"Ketidakpastian semacam itu meningkatkan jumlah ekuitas yang dibutuhkan untuk mendanai suatu proyek, yang jelas merupakan hambatan bagi pembangunan," ujarnya dilansir Bloomberg, Rabu (20/8/2025).

Kepala Keuangan ReNew Energy Global Plc Kailash Vaswani menuturkan beberapa tahun yang lalu, perusahaan membeli asuransi parametrik untuk sebuah proyek berskala kecil, dengan tujuan melindungi pendapatan dari potensi penurunan kecepatan angin. Namun, ketika mengajukan klaim, perusahaan asuransi tersebut menolak membayar dengan alasan kesalahan terletak pada turbin yang rusak bukan cuaca yang berubah-ubah.

"Kurangnya pembayaran premi membuat mereka enggan membeli asuransi parametrik untuk proyek yang lebih besar. Angin terus berkinerja buruk dalam tiga hingga empat tahun terakhir sehingga penurunannya harus jauh lebih parah agar perusahaan asuransi mau membayar," ucapnya. 

Direktur Pelaksana Infrastruktur Energi Actis GP LLP Abhishek Bansal menuturkan perusahaan energi bersih mengkhawatirkan biayanya. Actis yang mengelola aset senilai US$108 miliar bersama induk perusahaannya, General Atlantic, sedang berdiskusi dengan perusahaan asuransi untuk melihat tingkat harga tersebut membenarkan pertanggungan risiko. 

Namun, perusahaan asuransi asing melihat peluang yang semakin besar di pasar negara berkembang. Munich Re menyatakan telah menerima permintaan pertama dari perusahaan energi bersih di India dan China. Willis Towers Watson Plc menyatakan telah melihat permintaan meningkat dua kali lipat dari pengembang India sejak 2023. Descartes Underwriting yang berbasis di Paris sedang menawarkan produk parametrik angin di beberapa negara berkembang.

Peneliti Senior Universitas Nasional Singapura Jeong Won Kim menuturkan janji pembayaran yang cepat telah membuat transaksi parametrik sangat populer sebagai lindung nilai terhadap kerugian yang terkait dengan dampak fisik pemanasan global mulai dari hembusan angin yang lebih kencang yang merontokkan panel surya, hingga sambaran petir yang lebih sering dan merusak turbin. Ketika Topan Rai melanda Filipina pada akhir 2021, Aboitiz Power Corp. berhasil mengumpulkan pembayaran parametrik dalam waktu 30 hari dan dengan cepat memperbaiki kerusakan yang terjadi pada aset energi terbarukan.

"Peristiwa cuaca ekstrem lebih parah dan lebih sering terjadi di kawasan Asia. Pada waktunya, semakin banyak produk asuransi parametrik akan muncul untuk membantu sektor energi terbarukan mengatasi risiko tersebut," tuturnya. 

Pada awal Agustus, sejumlah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Eropa terpaksa ditutup sementara karena cuaca panas dan penggunaan pendingin ruangan (AC) yang berlebihan. Beberapa PLTN harus mengurangi kapasitas atau ditutup sementara akibat sumber air juga berada di bawah tekanan yang hebat. PLTN di Prancis dan Swiss menangguhkan atau mengurangi aktivitasnya karena lebih sulit untuk mendinginkan reaktor dalam cuaca panas. Di Prancis, 17 dari 18 PLTN mengurangi kapasitasnya.

Hal ini karena gelombang panas tengah melanda Eropa sehingga mendorong peningkatan penggunaan AC dan kenaikan tajam harga listrik. Jaringan listrik Eropa yang menua dan kapasitas penyimpanan energi yang terbatas mungkin memerlukan investasi triliunan dolar untuk mengatasi tantangan yang muncul seperti meningkatnya produksi energi hijau, meningkatnya permintaan listrik, dan upaya untuk menghindari pemadaman listrik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro