Bisnis.com, JAKARTA — Operator pusat data (data centers) makin gencar melakukan dekarbonisasi pada fasilitas mereka yang boros energi. Aksi ini didorong oleh komitmen untuk mencapai komitmen emisi nol (net zero emission) dan efek kebijakan pemerintah.
BloombergNEF dalam risetnya menyebutkan perusahaan-perusahaan cenderung mengandalkan pengadaan energi hijau secara tradisional untuk mengurangi jejak karbon mereka. Padahal, perusahaan-perusahaan ini memiliki target iklim besar dan memiliki konektivitas yang menghubungkan fasilitas pusat data dengan sumber energi terbarukan berskala besar secara langsung.
Tren dekarbonisasi di kalangan operator pusat data ini tecermin dari komitmen pengadaan listrik untuk pusat data baru di Jerman yang 100% bakal bersumber dari listrik hijau mulai 1 Januari 2027.
Selain itu, porsi kapasitas energi bersih dalam total kesepakatan pembelian oleh Amazon, Microsoft, Meta dan Google mencapai 43% pada 2024.
“Permintaan energi hijau dari pusat data di China pada 2030 diperkirakan mencapai 125 terawatt hour [TWh],” tulis riset BloombergNEF.
Adapun faktor pendorong dekarbonisasi antara lain komitmen sukarela menuju net zero dan target adopsi energi terbarukan, meski dorongan regulasi langsung masih terbatas.
Baca Juga
Sejauh ini, Jerman dan China telah menetapkan target energi hijau yang jelas, sementara Irlandia mewajibkan operator pusat data untuk menyediakan pasokan listrik yang memadai.
Meningkatnya kebutuhan daya dari pusat data berskala besar juga menekan jaringan listrik lokal, khususnya di kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan data center.
Untuk mengatasi hal ini, sejumlah operator mulai menguji skema co-location, yakni pembangunan pusat data yang berdekatan dengan pembangkit energi terbarukan guna mengurangi ketergantungan pada jaringan dan untuk akses listrik hijau yang lebih murah.
“Namun, variabilitas pasokan energi masih menjadi hambatan, sehingga beberapa raksasa teknologi di Amerika Serikat mulai melirik tenaga nuklir sebagai alternatif.”
Saat ini, dekarbonisasi pusat data sebagian besar masih mengandalkan pembelian energi hijau. Meski begitu, risikonya adalah operator pusat data berpotensi menggusur offtaker lain tanpa memberikan manfaat bersih yang signifikan bagi sistem kelistrikan secara keseluruhan.