Bisnis.com, JAKARTA — Green Climate Fund (GCF) menyetujui pembiayaan sebesar US$120 juta atau sekitar Rp1,96 triliun (asumsi kurs Rp16.317 per dolar AS) untuk mendukung ketahanan iklim bagi Ghana, Maladewa dan Mauritania.
Atas permintaan ketiga negara tersebut, Program Lingkungan PBB atau UN Environment Programme (UNEP) mengembangkan proyek di bawah pembiayaan ini untuk membantu komunitas rentan dalam menghadapi dampak parah dari perubahan iklim. Bantuan akan disalurkan melalui solusi berbasis alam, praktik pertanian tahan iklim, sistem peringatan dini, serta peningkatan keamanan air.
“Persetujuan pada proyek ini memperlihatkan dukungan GCF terhadap aksi iklim nasional Ghana, Maladewa dan Mauritania. Investasi ini akan berdampak positif pada resiliensi iklim di ketiga negara,” kata Chief Investment Officer GCF Henry Gonzalez dalam siaran pers, Kamis (3/7/2025).
Inisiatif ini merupakan langkah penting dalam realisasi pembiayaan untuk adaptasi iklim di lokasi-lokasi yang paling rentan, terutama untuk negara berkembang pulau kecil dan kawasan Sahel. Sekitar 3,5 juta orang diperkirakan akan diuntungkan dari kehadiran proyek ini.
“Proyek-proyek baru ini mencerminkan komitmen kuat UNEP dalam mendampingi negara-negara yang berada di garis depan krisis iklim. Fokus kami adalah merancang solusi iklim yang kontekstual, dipimpin secara lokal, berbasis sains, dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat paling rentan,” kata Martin Krause, Direktur Divisi Perubahan Iklim UNEP.
Secara terperinci, pembiayaan sebesar US$70 juta, di mana US$63 juta berasal dari mekanisme GCF, akan disalurkan untuk mendukung Ghana memperkuat ketahanan sistem pertanian dan masyarakat pedesaan. Kawasan utara negara ini tercatat menghadapi krisis pasokan pangan imbas dari pola hujan yang makin tak menentu dan musim kemarau berkepanjangan.
Baca Juga
Inisiatif ini akan mendukung 120 komunitas di delapan distrik yang tersebar di wilayah North East, Upper East, dan Upper West. Kegiatannya mencakup peningkatan akses terhadap data iklim dan sistem peringatan dini, dukungan pertanian musim kemarau melalui solusi penyimpanan air, serta restorasi 28.000 hektare lahan terdegradasi guna memperbaiki kesehatan tanah, meningkatkan retensi air, dan mengurangi risiko banjir.
Dukungan pembiayaan senilai US$25 juta akan diberikan kepada Maladewa untuk memperkuat adaptasi iklim negara tersebut. Maladewa sendiri merupakan salah satu negara paling rentan terimbas dampak perubahan iklim karena 80% dari 1.192 pulau di negara tersebut hanya memiliki ketinggian satu meter di atas permukaan air laut.
Sementara itu, Mauritania akan menerima pendanaan sebesar US$33 juta melalui skema GCF ini. Mauritania yang berada di kawasan antara gurun Sahara dan Sahel mengalami kekeringan berkepanjangan, perluasan gurun pasir, dan kelangkaan air. Produksi pertanian Mauritania juga rendah, dengan ketergantungan impor pangan mencapai 85%.
“Proyek baru UNEP akan memulihkan ekosistem dan menjamin penghidupan di empat kawasan rentan, yakni Aoujeft, Rachid, Tamcheket, dan Nema,” tulis UNEP.
Dipimpin oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan Mauritania, proyek ini diperkirakan memberikan manfaat langsung kepada 85.000 orang dan meningkatkan ketahanan bagi 145.000 orang lainnya. Proyek ini juga akan melindungi 2.100 hektare lahan dan mendukung kontribusi negara terhadap Great Green Wall, sebuah inisiatif multilateral Afrika untuk melawan penggurunan dan membangun ketahanan iklim di kawasan tersebut.