Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Dominasi Transisi Negara BRICS ke Energi Surya, Indonesia Tertinggal

Negara anggota BRICS, China dan India, mendominasi kontribusi pasokan energi surya global
Para pekerja berjalan di salah satu pembangkit listrik tenaga surya di Tongchuan, provinsi Shaanxi, China, 11 Desember 2019./Reuters-Muyu Xu
Para pekerja berjalan di salah satu pembangkit listrik tenaga surya di Tongchuan, provinsi Shaanxi, China, 11 Desember 2019./Reuters-Muyu Xu

Bisnis.com, JAKARTA — Industri energi bersih China yang masif telah mendorong lonjakan penggunaan energi surya di negara-negara BRICS. Blok tersebut tercatat menyumbang lebih dari separuh pembangkit listrik tenaga surya global pada 2024, menurut laporan terbaru lembaga riset energi Ember.

Meskipun mayoritas negara BRICS masih menjadi produsen utama bahan bakar fosil, kelompok ini secara kumulatif menghasilkan 51% energi surya dunia pada tahun lalu, naik drastis dari hanya 15% satu dekade sebelumnya. China memimpin dengan kontribusi sebesar 39%, disusul oleh India sebesar 6,3% dan Brasil sebesar 3,5%.

“Negara-negara BRICS tak lagi hanya menjadi penonton dalam transisi energi bersih, kini mereka justru menjadi penggeraknya. Saat ini, blok tersebut menyumbang lebih dari separuh produksi listrik tenaga surya global,” kata ‍Senior Electricity Analyst dari Ember, Muyi Yang , dalam siaran pers, Kamis (3/7/2025).

Blok BRICS, yang awalnya merupakan istilah untuk menggambarkan potensi ekonomi Brasil, Rusia, India, dan China serta kemudian mencakup Afrika Selatan, kini telah berkembang menjadi forum politik tandingan G7. Anggotanya kini meluas dengan masuknya Iran, Mesir, Ethiopia, Uni Emirat Arab, dan Indonesia, serta sejumlah negara mitra.

China, India, dan Brasil kini menempati posisi sebagai kekuatan utama energi bersih dunia, masing-masing masuk dalam lima besar produsen tenaga surya global pada 2024. Tren pertumbuhan ini pun terus berlanjut. Produksi tenaga surya China naik 42% dalam empat bulan pertama 2025, sementara India dan Brasil mencatatkan pertumbuhan lebih dari 30% dalam periode yang sama.

China juga memanfaatkan keunggulan teknologi dan hubungan dagangnya dalam BRICS dengan mengekspor sel dan panel surya senilai US$9,4 miliar ke sesama negara anggota sejak awal 2024, menurut data BloombergNEF.

Namun, kepemimpinan energi bersih dari negara-negara pendiri BRICS belum sepenuhnya mengalir ke seluruh anggotanya, bahkan dengan besarnya investasi luar negeri dari China. Ember turut mencatat bahwa perkembangan transisi energi di antara negara-negara anggota BRICS masih berjalan timpang.

Rusia masih tertinggal jauh dalam pertumbuhan energi bersih, dengan produksi listrik tenaga surya yang masih di bawah 500 gigawatt hour (GWh) pada awal 2025. Di Indonesia, lebih dari 75% pertumbuhan listrik selama 2014 hingga 2023 masih bersumber dari bahan bakar fosil, sementara Mesir masih sangat bergantung pada gas untuk memenuhi lonjakan permintaan energi.

Selain itu, Indonesia bersama anggota mitra terbaru seperti Kazakhstan, Nigeria, dan Malaysia, saat ini justru sedang membangun kapasitas pembangkit berbasis fosil sebesar 25 GW, jauh melebihi kapasitas energi bersih yang hanya mencapai 10 GW, menurut laporan Global Energy Monitor per April 2025.

Dari total kapasitas tersebut, lebih dari 60% proyek yang sedang dibangun melibatkan perusahaan China, baik sebagai pengembang maupun penyedia pembiayaan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper