Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Pembangkit di Asia Pasifik US$3,9 Triliun dalam Satu Dekade ke Depan

Kawasan Asia Pasifik diperkirakan akan mengalami ledakan ledakan investasi di sektor ketenagalistrikan.
Fasilitas penyimpanan energi melalui baterai lithium-ion di pembangkit tenaga surya Roadrunner, dekat McCamey, Texas./ Bloomberg - Jordan Vonderhaar
Fasilitas penyimpanan energi melalui baterai lithium-ion di pembangkit tenaga surya Roadrunner, dekat McCamey, Texas./ Bloomberg - Jordan Vonderhaar

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar energi global menghadapi era pergeseran dengan jalur perkembangan yang sangat beragam antar kawasan. Di tengah tantangan ekonomi dan ketidakpastian kebijakan di beberapa belahan dunia, kawasan Asia Pasifik justru bersiap untuk memimpin gelombang investasi besar-besaran, terutama dalam teknologi penyimpanan energi.

Merujuk laporan terbaru Wood Mackenzie, "H1 2025 regional power Strategic Planning Outlooks", kawasan Asia Pasifik diperkirakan akan mengalami ledakan ledakan investasi di sektor ketenagalistrikan. 

Proyeksi menunjukkan bahwa investasi pembangkitan di kawasan ini akan mencapai US$3,9 triliun dalam satu dekade ke depan, atau 44% lebih tinggi dibandingkan sepuluh tahun sebelumnya.

Salah satu pendorong utama lonjakan ini adalah pengembangan baterai penyimpanan sebagai teknologi yang banyak dipakai. 

Wood Mackenzie mengungkapkan bahwa teknologi ini akan menyumbang 14% dari total investasi hingga 2034, bahkan melampaui investasi pada pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas.

Pergeseran paradigma energi di Asia Pasifik menandai titik balik penting dalam upaya dekarbonisasi. 

"Asia Pasifik telah mencapai titik balik penting dalam dekarbonisasi," ujar Alex Whitworth, Vice President, Head of Asia Pacific Power and Renewables Research di Wood Mackenzie, dikutip dari keterangan resmi, Kamis (3/7/2025)

Alex menambahkan emisi karbon sektor ketenagalistrikan kemungkinan besar telah mencapai puncaknya pada tahun 2024 karena energi terbarukan dengan cepat menggantikan pembangkit listrik tenaga batu bara. 

“Gabungan pangsa pembangkit listrik tenaga air, surya, dan angin diproyeksikan akan meningkat dari 27% pada 2024 menjadi 40% pada 2030," katanya.

Prospek pertumbuhan pendapatan dari baterai penyimpanan di kawasan ini juga sangat menjanjikan. Diproyeksikan akan melonjak dari US$14 miliar pada 2024 menjadi US$184 miliar pada 2035. 

Pangsa penyimpanan dalam penjualan listrik on-grid juga diperkirakan akan meluas, dari kurang dari 1% menjadi lebih dari 11%.

Apabila Asia Pasifik menikmati gelombang investasi, pasar listrik di Amerika Serikat dan Kanada menghadapi pertumbuhan permintaan yang kuat namun diiringi oleh ketidakpastian kebijakan. 

Proyeksi Wood Mackenzie menunjukkan pertumbuhan permintaan sebesar 2% setiap tahun hingga 2050 di AS dan Kanada, naik dari perkiraan sebelumnya 1,6%. Namun, perubahan kebijakan perdagangan dan regulasi berpotensi menimbulkan biaya dan risiko pengembangan baru.

Di Eropa, pasar listrik menghadapi tantangan yang berbeda. Meskipun komitmen politik terhadap dekarbonisasi tetap kuat, pelaksanaannya dihadapkan pada kompleksitas yang meningkat, seperti masalah perizinan dan kendala koneksi jaringan.

Secara keseluruhan, laporan Wood Mackenzie menggarisbawahi bahwa Asia Pasifik adalah pemimpin yang jelas dalam transisi energi global saat ini, dengan potensi investasi yang masif dan pergeseran cepat menuju sumber energi yang lebih bersih.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper