Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

India Berencana Batasi Suhu AC untuk Hemat Energi

Pembatasan suhu minimum AC diperkirakan akan menghemat konsumsi energi India hingga 60 GW
Konsumsi energi di India mencapai puncak ketika musim panas karena pemakaian AC yang tinggi./Bloomberg-Prakash Singh
Konsumsi energi di India mencapai puncak ketika musim panas karena pemakaian AC yang tinggi./Bloomberg-Prakash Singh

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah India tengah merancang kebijakan pembatasan suhu minimum pada pendingin udara (AC) sebagai bagian dari upaya penghematan beban energi nasional. Suhu minimum AC di rumah, hotel, dan bahkan mobil tidak boleh di bawah 20 derajat Celsius dalam kebijakan yang masih dalam tahap awal ini.

“Pengaturan suhu akan berada dalam rentang 20–28 derajat Celsius,” ujar Menteri Energi India, Manohar Lal, dalam konferensi pers di New Delhi, Selasa (10/6/2025), dikutip dari Bloomberg. Saat ini, sebagian pengatur suhu AC yang beredar di pasar bisa disetel hingga 16 derajat Celsius.

Langkah ini mencerminkan fokus pemerintah untuk meningkatkan efisiensi energi di tengah lonjakan konsumsi listrik. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan energi India melebihi kapasitas pembangkit listrik sehingga menyebabkan pemadaman listrik di sejumlah wilayah selama bulan-bulan musim panas yang ekstrem, terutama April hingga Juni.

Pankaj Agarwal, birokrat senior di Kementerian Energi, menjelaskan bahwa AC menyumbang sekitar 50 gigawatt (GW) atau seperlima dari beban puncak listrik nasional. Berdasarkan studi, setiap kenaikan 1°C pada suhu AC dapat mengurangi konsumsi listrik hingga 6%.

“Artinya, kami bisa menghemat sekitar 3 gigawatt pada beban puncak,” kata Agarwal. India saat ini memiliki sekitar 100 juta unit AC dan terdapat penambahan hampir 15 juta unit baru setiap tahunnya.

Pengetatan standar efisiensi energi untuk sistem pendingin berpotensi menghemat hingga 60 GW permintaan listrik saat konsumsi puncak pada 2035. Hal ini dapat mencegah kebutuhan investasi sebesar 7,5 triliun rupee atau sekitar US$88 miliar untuk infrastruktur pembangkitan dan jaringan listrik baru, menurut studi dari University of California, Berkeley yang dipublikasikan pada Maret lalu.

Permintaan listrik tertinggi India sempat mencapai rekor 250 GW musim panas lalu dan diperkirakan naik 8% tahun ini. Meskipun hujan yang cukup deras pada Mei sempat menahan lonjakan permintaan, gelombang panas yang kembali datang pada Juni menyebabkan peningkatan konsumsi. Pengelola jaringan listrik nasional melaporkan permintaan puncak hampir menyentuh 241 GW pada Senin atau tertinggi pada tahun ini.

“Bahkan jika kebutuhan puncak mencapai estimasi 270 gigawatt, kami sepenuhnya siap menghadapinya,” tegas La menambahkanl.

Secara terpisah, Lal juga mengungkapkan bahwa pemerintah sedang merancang tender untuk proyek penyimpanan energi baterai sebesar 30 gigawatt jam (GWh). Proyek ini bertujuan memperluas penggunaan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Pemerintah India juga berencana memberikan subsidi sebesar 54 miliar rupee untuk menarik investor, dan tender akan dibuka dalam tiga bulan ke depan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper