Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Baru 21 Negara Serahkan Target Iklim Terbaru Jelang COP30

UNFCCC menggunakan target tersebut untuk menilai kemajuan menuju Perjanjian Paris, dengan menyusun laporan sintesis NDC menjelang COP30.
Ilustrasi suhu udara. /istimewa
Ilustrasi suhu udara. /istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Hingga kini, baru 11% atau sekitar 21 negara dari total 195 negara yang menyerahkan target iklim terbaru. 

Adapun para penandatangan Perjanjian Paris diharuskan untuk menyerahkan target terbaru yang disebut Kontribusi yang ditetapkan secara nasional (NDC) setiap 5 tahun. Pada putaran ini dengan jangka waktu tahun 2035 dimaksudkan untuk diserahkan pada awal Februari.

Peneliti Diplomasi Iklim IIED Camilla More mengatakan target-target ini memberikan dasar bagi tindakan apa yang akan diambil setiap negara untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris yang bertujuan untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius. 

UNFCCC menggunakan target tersebut untuk menilai kemajuan menuju Perjanjian Paris, dengan menyusun laporan sintesis NDC menjelang COP30. 

"Hanya 11% negara yang menyerahkan target iklim terbaru tepat waktu atau sekitar 21 negara, sedangkan 174 negara belum menyerahkan," ujarnya dilansir laman resmi, Selasa (13/5/2025). 

21 negara yang telah menyerahkan target iklim 2035 adalah: Zambia, Kuba, Maladewa, Montenegro, Jepang, Kanada, Kepulauan Marshall, Singapura, Zimbabwe, Ekuador, Saint Lucia, Andorra, Selandia Baru, Inggris, Swiss, Uruguay, Amerika Serikat, Brasil, Kenya, Moldova, dan Uni Emirat Arab. Salah satu dari negara-negara tersebut, Amerika Serikat telah mengumumkan penarikan diri dari Perjanjian Paris.

Camilla menuturkan dengan hanya 6 bulan tersisa hingga COP30 dimulai, pihaknya benar-benar perlu melihat negara-negara menyerahkan target iklim yang diperbarui.

"Target-target ini menunjukkan apakah para pemimpin dunia serius dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, yang telah mendatangkan malapetaka di seluruh dunia," katanya. 

Menurutnya, biaya krisis iklim terus meningkat setiap tahun. Oleh karena itu, perlu melihat tindakan yang berani dan ambisius untuk memangkas emisi dan mendukung masyarakat beradaptasi dengan kenyataan baru dan mengatasi dampak yang tak terelakkan.

"Kita tidak bisa membiarkan populisme jangka pendek bertindak sebagai penghambat aksi iklim," ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper