Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Morgan Stanley: Minat Investor Global Pada Investasi Berkelanjutan Sangat Tinggi

Investor percaya praktik ESG yang kuat dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi tetapi banyak yang khawatir tentang risiko greenwashing.
Ilustrasi investasi berkelanjutan. /istimewa
Ilustrasi investasi berkelanjutan. /istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Minat investor terhadap investasi berkelanjutan tinggi dan terus meningkat dimana lebih dari 88% investor global tertarik pada investasi berkelanjutan di 2025. 

Chief Sustainability Officer dan Chair of the Institute for Sustainable Investing di Morgan Stanley Jessica Alsford mengatakan minat investor individu terhadap keberlanjutan tetap kuat dan stabil, menurut laporan Sustainable Signals baru oleh Institut Morgan Stanley untuk Investasi Berkelanjutan. Survei tersebut melibatkan 1.765 investor individu aktif dengan aset investasi lebih dari US$100.000 di seluruh Amerika Utara, Eropa, dan Asia Pasifik (APAC) antara Februari dan Maret tahun ini untuk menilai sikap terhadap investasi berkelanjutan dan di mana investor melihat peluang dan tantangan terbesar.

Mayoritas investor global yang disurvei sebesar 88% menyatakan ketertarikan pada investasi berkelanjutan. Investor yang lebih muda yakni 99% gen Z dan 97% investor milenial menyatakan minat paling besar terhadap keberlanjutan. Lalu sebesar 64% menyatakan minat mereka meningkat dalam setahun terakhir.

“Survei ini menunjukkan bahwa investor di seluruh kelompok demografi dan wilayah terus percaya bahwa investasi dapat mencapai hasil dunia nyata yang positif dan pengembalian tingkat pasar yang kompetitif,” ujarnya dalam laporan Sustainable Signals dikutip Senin (5/5/2025). 

Menurutnya, investor yang lebih muda berencana untuk meningkatkan alokasi portofolio ke opsi yang berkelanjutan dengan tingkat yang lebih tinggi dan memprioritaskan berbagai isu lingkungan dan sosial yang lebih luas saat membuat keputusan investasi. Hal ini menunjukkan bahwa keberlanjutan dapat menjadi area fokus yang lebih besar bagi investor di masa mendatang karena generasi muda memperoleh pengaruh finansial yang lebih besar.

"Motivasi utama minat investor beragam sekitar 45% investor Amerika Utara dan APAC mencari hasil nyata, sementara di Eropa, lebih dari 40% investor percaya bahwa investasi berkelanjutan dapat menawarkan keuntungan finansial yang lebih besar daripada investasi tradisional," katanya. 

Alokasi portofolio untuk investasi berkelanjutan didorong oleh peluang untuk mendapatkan keuntungan yang kompetitif dan tujuan diversifikasi. Lebih dari separuh investor berencana untuk meningkatkan alokasi investasi berkelanjutan mereka tahun depan, sementara hanya 3% secara global yang berencana untuk menguranginya.

Salah satu faktor utama yakni investasi berkelanjutan sekarang menawarkan keuntungan yang sebanding atau lebih baik daripada opsi tradisional, sentimen yang sangat kuat di APAC. 

"Lebih dari 59% berencana untuk meningkatkan alokasi portofolio mereka ke investasi berkelanjutan pada tahun berikutnya.  Investor juga memilih melihat dampak nyata dari perubahan iklim sebagai alasan utama untuk meningkatkan alokasi mereka. sekitar 31% responden berencana untuk mempertahankan alokasi mereka saat ini ke investasi berkelanjutan, dengan diversifikasi portofolio sebagai alasan yang paling umum," ucapnya. 

Jessica menilai investor percaya bahwa perusahaan harus menangani masalah keberlanjutan dan mempertimbangkan berbagai praktik saat berinvestasi.

"Lebih dari 80% investor percaya perusahaan harus menangani masalah lingkungan, dan lebih dari dua pertiga mengatakan masalah sosial juga harus ditangani. Sentimen positif seputar tanggung jawab lingkungan telah tumbuh di AS dan Eropa sejak 2023. Saat membuat keputusan investasi, investor mempertimbangkan berbagai perilaku perusahaan mulai dari transparansi, antikorupsi, dan pengurangan emisi hingga perlakuan terhadap karyawan, hak asasi manusia, dan etika rantai pasokan," tuturnya. 

Di sisi lain, solusi energi bersih merupakan prioritas investasi utama dimana lebih dari 80% melihat transisi energi sebagai peluang untuk menghasilkan keuntungan energi terbarukan dan efisiensi energi secara konsisten berada di antara prioritas utama untuk investasi solusi berkelanjutan.

"Secara global, mayoritas mengatakan mereka hanya akan berinvestasi di perusahaan energi jika rencana transisi iklim sudah ada, dan sebagian besar setuju bahwa tujuan iklim harus lebih diutamakan daripada masalah keamanan energi jika keduanya tidak dapat diselaraskan. Minat terhadap kompensasi karbon juga tumbuh secara global," ujarnya. 

Di seluruh Amerika Utara, Eropa, dan APAC, energi terbarukan dan efisiensi energi secara konsisten menempati peringkat sebagai prioritas utama investor yang mencerminkan penekanan global yang kuat pada solusi energi bersih.

Responden Amerika Utara lebih fokus pada keterjangkauan dan inovasi perawatan kesehatan, serta alternatif plastik. Investor di Eropa dan APAC lebih menekankan pada penyimpanan energi dan teknologi baterai serta pertanian regeneratif dan penggunaan lahan berkelanjutan.

Tenaga nuklir menempati peringkat lebih tinggi di Eropa dan Amerika Utara yang menunjukkan keterbukaan yang lebih besar terhadapnya sebagai sumber energi bersih. Sementara itu, APAC secara unik menekankan adaptasi iklim, kemungkinan karena kerentanannya yang meningkat terhadap cuaca ekstrem. Pola-pola ini mencerminkan bagaimana prioritas keberlanjutan dibentuk oleh tren global dan konteks lokal.

"Di semua kawasan, investor menempatkan energi terbarukan dan efisiensi energi sebagai prioritas investasi utama, dan lebih dari 80% melihat transisi energi sebagai peluang untuk menghasilkan keuntungan. Responden Amerika Utara lebih fokus pada keterjangkauan dan inovasi layanan kesehatan, sementara investor di Eropa dan APAC lebih menekankan pada penyimpanan energi dan teknologi baterai serta pertanian regeneratif dan penggunaan lahan berkelanjutan," ujar Jessica. 

Adapun minat terhadap investasi berkelanjutan tetap stabil dari tahun 2023 hingga 2025. Pada 2025, 83% responden AS dan 87% responden Eropa tertarik dimana angka yang menunjukkan tidak ada perubahan signifikan dari survei yang dikukan pada bulan Oktober 2023 dan dipublikasikan pada bulan Januari 2024


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper