Bisnis.com, JAKARTA — Analisis terbaru dari Bank for International Settlements mengungkap bahwa perusahaan yang menerbitkan obligasi hijau (green bond) cenderung memiliki performa penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) yang lebih baik, terutama di sektor-sektor dengan polusi tinggi.
Studi yang diterbitkan pada Selasa (11/3) tersebut mengevaluasi dampak pasar obligasi hijau yang nilainya mendekati US$3 triliun. Obligasi hijau merupakan salah satu instrumen penghimpunan dana untuk membiayai proyek-proyek terkait iklim dan bermanfaat bagi lingkungan.
Studi tersebut menemukan bahwa secara agregat, emisi dari perusahaan penerbit obligasi hijau mengalami penurunan lebih dari 10% dalam empat tahun setelah penerbitan. Sementara itu, emisi per unit pendapatan perusahaan atau intensitas emisi turun 30%.
"Hasilnya menunjukkan bahwa penerbitan obligasi hijau memiliki keterkaitan dengan pengurangan emisi gas rumah kaca perusahaan yang signifikan," kata studi tersebut seperti dikutip Reuters, Rabu (12/3/2025).
Meskipun studi ini mengakui kekhawatiran terkait aksi greenwashing perusahaan, nilai pasar obligasi hijau yang melonjak hampir enam kali lipat sejak 2018 dan kenaikan penerbitan obligasi hijau oleh pemerintah telah meningkatkan transparansi.
Studi tersebut menyimpulkan bahwa perusahaan cenderung menerbitkan obligasi hijau dalam jumlah kecil jika dibandingkan dengan ukuran mereka. Artinya, obligasi hijau biasanya bukan merupakan pendorong utama pengurangan emisi.
Baca Juga
“Namun, penerbitan obligasi hijau sering kali menjadi sinyal baik mengenai arah kebijakan perusahaan,” demikian kesimpulan studi tersebut.
Intensitas emisi Scope 1, mencakup emisi langsung perusahaan dari aktivitas pembakaran bahan bakar di pabrik dan kendaraan, turun sekitar 21% secara rata-rata dalam satu tahun setelah penerbitan obligasi hijau pertama.
Hasil serupa juga terlihat pada emisi Scope 1–3 yang mencakup emisi di luar kendali langsung perusahaan, seperti di rantai pasok. Intensitas emisi ini tetap jauh lebih rendah untuk emisi langsung bahkan setelah tiga tahun.
Studi ini menggunakan data dari S&P Trucost yang diperkirakan mencakup sekitar dua pertiga dari total emisi gas rumah kaca global.
Emisi tersebut menunjukkan variasi geografis yang besar, tetapi sebagian besar terkonsentrasi di beberapa negara dengan sektor manufaktur dan energi yang intensif, seperti China, Amerika Serikat, Jepang, dan India.
Temuan penelitian ini menyoroti bagaimana perusahaan dengan emisi tinggi umumnya mengurangi emisinya setelah menerbitkan obligasi hijau.
"Mengingat ketimpangan dalam distribusi emisi karbon, hal ini sangat penting dalam mencapai tujuan net zero secara sosial," kata studi tersebut.