Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Kian Ketinggalan, China Kembangkan Teknologi Fusi Nuklir Buat Pembangkit Nol Emisi

China menargetkan teknologi fusi nuklir dapat digunakan pembangkit listrik pada 2050.
China bermaksud melakukan komersialisasi teknologi fusi nuklir untuk pembangkit listrik nol emisi pada 2050/Bloomberg
China bermaksud melakukan komersialisasi teknologi fusi nuklir untuk pembangkit listrik nol emisi pada 2050/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA-  China berencana mengubah seluruh sumber pembangkit listrik yang bebas dari emisi pada 2050. Untuk itu, ‘Negeri Tirai Bambu’ akan memperkenalkan teknologi fusi nuklir.

Dikutip dari Bloomberg, Senin (3/3/2025),  China bermaksud melakukan komersialisasi teknologi fusi nuklir untuk pembangkit listrik nol emisi pada 2050.

Informasi terkait hal itu dikonfirmasi perusahaan atom milik negara. Dalam informasi tersebut diungkapkan, tujuan utama China adalah membebaskan pembangkit listrik dari beban emisi pada periode 2050.

“China National Nuclear Corp., yang menjalankan perangkat eksperimental yang dijuluki 'matahari buatan', akan memulai operasi komersial proyek pembangkit listrik pertamanya sekitar lima tahun setelah tahap demonstrasi yang dimulai sekitar tahun 2045,” ungkap pernyataan resmi perusahaan pada Jumat kemarin.

Negara Asia baru-baru ini meningkatkan ambisinya dalam mencapai fusi nuklir, sebuah proses di mana matahari dan bintang-bintang lainnya menghasilkan energi dan dianggap sebagai bentuk energi bersih yang hampir tak terbatas.

Hal ini sangat sulit untuk dilakukan secara berkelanjutan dan bermanfaat, dan hanya segelintir negara seperti AS, Rusia, dan Korea Selatan yang berhasil memecahkan dasar-dasarnya.

CNNC tahun lalu membentuk aliansi industri dan mendirikan perusahaan fusi nasional baru, China Fusion Corp. CNNC telah menarik investasi sekitar 1,75 miliar yuan (US$240 juta) dari CNNC dan Zhejiang Zheneng Electric Power Co. untuk perangkat tokamak mutakhir, yang menggunakan medan magnet untuk membatasi dan mengendalikan plasma super panas guna menghasilkan listrik tanpa emisi atau limbah radioaktif yang signifikan.

Di sisi lain, Indonesia juga tengah menyusun strategi pengembangan energi nuklir. Harapannya, ke depan terdapat bauran energi nuklir yang diyakini lebih bersih.

Sebelumnya, Utusan Khusus Presiden RI Prabowo Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo membeberkan State Atomic Energy Corporation Rosatom (Rosatom) Rusia membawa penawaran yang menarik soal rencana investasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. 

Indonesia belakangan, lewat komunikasi antarpemerintah dan wadah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, telah memegang minat Rusia, China, dan Amerika Serikat untuk berinvestasi pada pengembangan PLTN. 

Rusia lewat Rosatom, sementara minat Amerika Serikat muncul dari Westtinghouse Electric Corporation. Adapun, ketertarikan China untuk investasi nuklir di Indonesia lewat China National Nuclear Corporation (CNNC), perusahaan pelat merah di bidang nuklir. 

“Teman Rusia kita, Rosatom, datang dengan proposal yang bagus,” kata Hashim dalam forum Indonesia Green Energy Investment Dialogue 2025 di Jakarta, Kamis 27/2/2025). 

Rencananya, kata Hashim, bauran nuklir dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN bisa mencapai sekitar 4,3 gigawatt (GW).  “Untuk EBT [energi baru terbarukan] 75 GW, nuklirnya sekitar 4,3 GW berasal dari berbagai macam investor,” tuturnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper