Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tingkat Kematian di Afrika Selatan Naik 6% Imbas PLTU Batu Bara

Penelitian terbaru mengungkap bahwa polusi dari aktivitas PLTU bara telah menaikkan tingkat kematian di masyarakat sekitar hingga 6%
Salah satu PLTU batu bara yang beroperasi di provinsi Mpumalanga, Afrika Selatan/Bloomberg-Waldo Swiegers
Salah satu PLTU batu bara yang beroperasi di provinsi Mpumalanga, Afrika Selatan/Bloomberg-Waldo Swiegers

Bisnis.com, JAKARTA — Studi terbaru dari South African Medical Research Council (SAMRC) mengungkap bahwa polusi udara di kawasan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Afrika Selatan telah meningkatkan jumlah kematian hingga 6% di masyarakat sekitar.

Studi ini merupakan yang pertama di Afrika yang menggunakan data nyata untuk meneliti dampak polusi udara terhadap kesehatan, bukan pemodelan. Penelitian ini menganalisis sertifikat kematian, kasus pneumonia pada anak di bawah lima tahun, serta data kualitas udara dari pemerintah.

Kajian ini adalah upaya terbaru untuk memahami dampak kesehatan dari 14 PLTU besar di negara tersebut, yang memasok lebih dari 80% kebutuhan listrik nasional. Ketergantungan Afrika Selatan pada batu bara menjadikannya negara dengan ekonomi paling intensif karbon di dunia bagi negara dengan populasi lebih dari empat juta jiwa.

"Penyakit kardiovaskular menjadi perhatian utama di kota-kota tempat PLTU ini beroperasi," kata SAMRC dalam sebuah pernyataan yang dikutip Bloomberg, Kamis (6/3/2025. Mereka turut menyebutkan bahwa anak-anak di bawah lima tahun menjadi kelompok sangat rentan karena terjadi peningkatan langsung pada kasus pneumonia.

Studi sebelumnya yang memodelkan angka kematian tahunan akibat polusi dari aktivitas pembangkit milik perusahaan listrik negara, Eskom Holdings SOC Ltd., mencatat jumlah kematian yang mencapai lebih dari 2.000 jiwa.

Sementara itu, penelitian Eskom sendiri memperkirakan jumlah kematian sekitar 330 orang per tahun. Penyebab kematian terkait dengan berbagai polutan, termasuk partikel halus (PM), sulfur dioksida, dan nitrogen dioksida.

Studi ini dipimpin oleh Caradee Wright, kepala Program Penelitian Perubahan Iklim dan Kesehatan di SAMRC. Penelitian ini didanai oleh Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris sebagai bagian dari paket pendanaan iklim senilai U$9,3 miliar antara Afrika Selatan dan beberapa negara kaya dunia.

Penyakit lain yang dikaitkan dengan polusi akibat pembakaran batu bara termasuk penyakit paru-paru dan tuberkulosis. Studi ini juga menemukan bahwa bayi yang lahir dengan celah bibir dan langit-langit mulut lebih banyak ditemukan di wilayah dekat PLTU, berdasarkan analisis data selama 14 tahun hingga 2020.

Para peneliti merekomendasikan agar PLTU batu bara ditutup dan digantikan dengan energi terbarukan, peningkatan kesadaran akan risiko kesehatan, serta perbaikan manajemen kualitas udara oleh pemerintah.

Afrika Selatan saat ini sedang dalam proses transisi energi untuk mengurangi penggunaan batu bara dalam pembangkitan listriknya. Namun, kecepatan penutupan PLTU menjadi topik perdebatan sengit di antara politisi negara tersebut.

Hampir semua PLTU berlokasi di provinsi Mpumalanga di bagian timur Afrika Selatan, di mana industri pertambangan batu bara menyerap 90.000 tenaga kerja, sementara PLTU mempekerjakan ribuan lainnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper