Bisnis.com, JAKARTA — Arsitektur hijau makin menjadi tren di dunia konstruksi, tidak hanya karena manfaat lingkungannya tetapi juga karena potensi penghematan energi yang besar.
Konsep ini sejalan dengan pembangunan berkelanjutan yang dalam beberapa dekade ke depan diperkirakan menjadi standar global untuk merespons krisis iklim dan kelangkaan energi.
Dilansir dari laman Green Jobs, arsitektur hijau berfokus pada beberapa prinsip utama, di antaranya adalah efisiensi energi, penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan, manajemen air, dan kesehatan penghuni. Bangunan hijau dirancang untuk meminimalkan penggunaan energi selama siklus hidupnya, dari konstruksi hingga operasi, serta untuk memaksimalkan efisiensi penggunaan air dan mempromosikan lingkungan dalam ruangan yang sehat.
Penggunaan material bangunan juga menjadi komponen penting dalam arsitektur hijau. Material ramah lingkungan seperti bambu, kayu daur ulang, beton rendah karbon, dan batu bata terbuat dari limbah industri mulai menjadi pilihan populer karena sifatnya yang terbarukan, tahan lama, dan memiliki jejak karbon yang rendah.
Menurut studi yang diterbitkan oleh The World Green Building Council (WorldGBC), produksi material bangunan bertanggung jawab atas 11% emisi karbon global sehingga penggunaan material alternatif dapat membantu mengurangi emisi tersebut.
Adapun pemilihan bahan bangunan yang tepat akan mengurangi dampak negatif dan secara efektif dapat memberikan dampak positif terhadap alam dan sosial ekonomi. Terlebih, hampir semua bahan bangunan disediakan oleh alam sehingga harus berhemat dan memiliki masa depan negeri ini.
Baca Juga
Konsep keberlanjutan tidak hanya mempertimbangkan kelestarian alam tetapi juga mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan manusia terutama di masa yang akan datang. Konsep ini menekankan pada kesadaran akan perlindungan lingkungan.
Oleh karena itu, bahan bangunan yang berkelanjutan mengutamakan pemilihan bahan bangunan yang memperhatikan kualitas lingkungan, mendatangkan manfaat ekonomi, memudahkan kegiatan konstruksi, serta memperbaiki lingkungan.
Direktur Utama PT Jaya Baru Saputra (JBS) Perkasa Joni Effendi mengatakan memiliki rumah yang ramah lingkungan menjadi perhatian sendiri bagi sebagian orang.
Terlebih kesadaran yang tinggi mengenai kerusakan lingkungan bisa membuat banyak pihak memikirkan berbagai cara untuk menyelamatkan lingkungan. Salah satunya membangun rumah dengan prinsip eco-friendly. Selain itu, sang penghuni juga dapat mendapatkan manfaat kesehatan yang lebih baik.
Penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan tentu dapat mengurangi kerusakan terhadap lingkungan. Seperti dampak terhadap pencemaran air, tanah dan udara sudah bisa dikurangi secara signifikan. Walaupun masih terbilang sebagai langkah kecil dalam penggunaan material ramah lingkungan, maka akan menjadi sebuah budaya yang bisa diteruskan kepada generasi penerusnya dan dapat memberikan dampak positif bagi keselamatan lingkungan.
Penggunaan material ramah lingkungan dengan aspek keberlanjutan (sustainability) kini makin menjadi perhatian para pengembang properti dan turunannya. Untuk itu banyak pengembang properti maupun profesional di bidang arsitek dan desainer interior kini lebih jeli memilih material atau bahan bangunan ramah lingkungan sebagai dukungan dari konsep pembangunan berkelanjutan itu.
Sebagai penyedia pintu baja, JBS memiliki material alternatif pengganti pintu kayu dalam produk Fortress. Produk tersebut memiliki fitur lima titik penguncian yang membuat pintu baja ini sangat solid, kuat, dan aman, serta menghilangkan berbagai kelemahan yang dialami kayu seperti muai-susut hingga dimakan rayap.
Menurutnya, banyak konsumen saat ini mulai mengarah ke penggunaan bahan bangunan maupun material interior yang lebih ramah lingkungan namun tetap sedap dipandang dan memiliki durabilitas tinggi.
“Fortress TM menggunakan material dari baja. seperti kita tau selain kuat dan kokoh, material baja tidak merusak lingkungan. Karena sebenarnya, di setiap pintu rumahmu ada 1 pohon yang ditebang. Kami mendukung masyarakat untuk aktif melestarikan lingkungan buat masa depan,” ujarnya.
Adapun produsen pintu berbahan plat baja JBS meraih predikat Top Brand 2025 di kategori produk bahan bangunan, sub kategori pintu rumah/baja. Penghargaan ini merupakan yang kelima sejak tahun 2021.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan secara independen oleh Frontier Consulting Group, pintu baja Fortress satu-satunya produk pintu rumah yang memenuhi kriteria penilaian.
Menurutnya, penghargaan tersebut hasil dari dedikasi JBS Perkasa dalam menyediakan produk dan layanan yang berkualitas, terpercaya, dan inovatif.
“Penghargaan ini makin mendorong JBS Perkasa untuk terus menghadirkan produk dan layanan terbaik. Di usia JBS yang 22 tahun, penghargaan menjadi kado yang luar biasa,” ucapnya.
Pihaknya berkomitmen menyediakan rangkaian produk Fortress berkualitas, berupa pintu baja berbahan baja murni tanpa sambungan sehingga tampilan pintu terkesan modern namun tetap kuat dan tahan lama.
“Kelebihan Fortress didukung 13 fitur keunggulan yang tidak dijumpai pada pintu konvensional. Kami hadirkan beragam varian pintu baja dengan motif dan warna menarik. Tahun ini JBS Perkasa akan menambah empat cabang baru di Pontianak, Banjarmasin, Palu dan Sorong,” tutur Joni.
