Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Langkah Pengembang Bangun Hunian Sertifikat Hijau Kurangi Emisi Karbon

Tren oasar rumah premium saat ini mengusung aspek berkelanjutan sebagai gaya hidup.
Ilustrasi kawasan hunian hijau. /istimewa
Ilustrasi kawasan hunian hijau. /istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Tren hunian menengah atas tak hanya mencari hunian premium saja tetapi juga yang mengusung aspek keberkelanjutan.

Advisor President Office Sinar Mas Land Ignesjz Kemalawarta mengatakan konsumen hunian segmen menengah atas memang mulai melirik hunian yang ramah lingkungan dan keberlanjutan.

Menurutnya, hunian yang mengusung konsep ramah lingkungan memiliki biaya konstruksi sebesar 3% hingga 4% lebih tinggi dari hunian non-green.

“Hunian ini memiliki kaca yang bisa menghalau panas masuk dengan fasad kaca pilihan dan bukaan dengan luas lantai. Lalu juga memperhitungkan kesehatan dalam ruangan,” ujarnya saat ditemui Bisnis, Rabu (19/2/2025). 

Hunian ramah lingkungan juga menggunakan sumber air limbah dan sampah tertangani secara standar lingkungan. Hal ini berbeda dengan rumah biasa yang menggunakan sumur pantek, septictank, dan membuang sampah langsung ke lingkungan.

“Konsep green jadi sampah dan air dikelola dengan benar,” katanya. 

Selain itu, dalam green building dilarang menggunakan material beracun dan cat dengan volatile organic compounds (VOC) tinggi karena berhubungan dengan partikel beracun yang berbahaya bagi paru-paru.

Menurutnya, hunian yang mengusung ramah lingkungan ini berdampak pada efisiensi energi yakni penggunaan panel surya mampu mengurangi penggunaan energi sebesar 20%. Selain itu, juga berdampak pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 30%. 

Ignesjz menilai untuk mendorong jumlah bangunan yang tersertifikasi hijau, pemerintah harus memberikan insentif. Pasalnya, tanpa insentif akan sulit memperbanyak bangunan rumah hijau. Hal ini karena biaya konstruksi bangunan hijau yang dikeluarkan di awal besar mencapai 4%.

Dengan adanya insentif, maka akan meningkatkan kesadaran akan bangunan bersertifikat hijau. Adapun insentif yang diharapkan dari pemerintah Indonesia bisa berupa uang, KLB, keringanan pajak, dan lain sebagainya.

“Misalnya kalau berupa uang bisa mengkompensasi kenaikan biaya konstruksi bangunan hijau. Lalu insentif pajak, pajak bumi dan bangunan (PBB) bisa diberikan diskon 30% selama 3 tahun untuk bangunan bersertifikat hijau ini lumayan. Insentif bagi penerapan green building dan bangunan dengan lebih dari 50% penggunaan low embodied carbon. Kami terus mendorong agar insentif ini keluar,” terangnya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun telah mendorong perbankan untuk memberikan pembiayaan berkelanjutan dalam penanganan sampah, air, listrik, termasuk bangunan hijau.

“Kalau disepakati bunga lebih rendah untuk bank. Memang untuk green housing ini diperlukan regulasi dari pemerintah agar bisa memacu bangunan hijau, regulasi berupa insentif,” ucap Ignesjz. 

VP Residential BSD City Sinar Mas Land Kelvin Bryant Suhendra menuturkan konsep hunian premium dengan mengusung ramah lingkungan kini menjadi kebutuhan seiring dengan meningkatnya tren hijau.

Sinar Mas Land mengembangkan The Armont Residences hunian berkonsep sustainability pertama di Indonesia dengan penggunaan material ramah lingkungan dan daur ulang serta smart home system. Bahkan, The Armont Residences menjadi hunian pertama di BSD City bahkan di Indonesia yang meraih Gold Certification dari Green Building Council Indonesia (GBCI).

“Pasar rumah premium saat ini tidak hanya mengutamakan ukuran yang luas tetapi juga mengusung aspek berkelanjutan sebagai gaya hidup. Hunian ini mengusung kawasan hijau yang berkualitas, arsitektur timeless, dan teknologi berstandar hijau,” tuturnya. 

Material bangunan yang digunakan berstandar tinggi sebanyak 50,76% material konstruksi telah bersertifikat ISO 14001, sedangkan 40,45% lainnya memiliki sertifikat eco label yang telah mengikuti standar lingkungan global. Untuk sistem pendingin ruangan, digunakan R32 Refrigerant yang lebih ramah lingkungan karena tidak merusak lapisan ozon. Material yang digunakan juga bebas merkuri dan berasal dari sumber rendah polusi termasuk cat VOC dan kayu komposit ramah lingkungan.

Untuk menjaga suhu tetap sejuk pemilihan materi jendela menggunakan fitur low-e glass yang mampu mengurangi paparan panas berlebih. Pencahayaan melalui lampu pun dipilihkan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) guna menghemat energi dan meningkatkan efisiensi.

Pengelolaan lingkungan pada bangunan turut diperhatikan melalui growing house design, communal sewer treatment plant, pemanas air bertenaga surya, alternatif akses air bersih dari water treatment plant BSD dan pengelolaan sampah terintegrasi.

Menurutnya, hunian baru ini merupakan bukti komitmen Sinar Mas Land dalam memenuhi standar properti hijau yang mendukung gaya hidup lebih sehat dan ramah lingkungan. Komitmen perusahaan juga selaras dengan inisiatif green financing yang memberikan suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan pembiayaan konvensional.

Hunian ini memiliki luas tanah mulai dari 120 meter persegi hingga 200 meter persegi dengan luas bangunan mulai dari 232 meter persegi hingga 380 meter persegi. Adapun pada tahap pertama The Armont Residences akan dibangun sebanyak 71 unit dan ditawarkan mulai dari harga Rp6 miliar hingga Rp10 miliar.

Arsitek dari Nataneka Sukendro Sukendar menuturkan hunian ini dirancang dengan konsep neo-klasikal open space dengan ruang tanpa sekat masif untuk memaksimalkan pencahayaan alami dan sirkulasi udara sehingga menghasilkan kualitas ruangan. 

“Hunian ini punya small garden di area rooftop,” ujarnya. 

Hingga saat ini, Sinar Mas Land memiliki 13 gedung bangunan yang telah tersertifikasi oleh GBCI dan Building and Construction Authority (BCA) Singapura sejak 2015. Pada 2025, The Armont Residences sebagai pionir high-end green home, sejalan dengan visi Sinar Mas Land untuk mewujudkan ekosistem hijau yang ditargetkan tercapai di berbagai proyek berskala kawasan pada 2030. Komitmen ini diwujudkan melalui optimalisasi energi dan langkah menuju net zero carbon 2060, guna menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan berkelanjutan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper