Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembang Australia Pacu Pengembangan Properti Rendah Emisi Karbon

Banyak lembaga pembiayaan seperti perbankan yang memberikan insentif untuk bangunan ramah lingkungan.
Ilustrasi bangunan hijau. /istimewa
Ilustrasi bangunan hijau. /istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Tren keberlanjutan dalam sektor properti terus berkembang pesat. Aspek keberlanjutan dengan fitur bangunan ramah lingkungan tersebut berdampak pada penambahan nilai investasi dan biaya sewa pada sebuah properti.

Adapun sertifikasi ramah lingkungan merupakan metode yang digunakan oleh sebagian besar pemangku kepentingan untuk menilai kredibilitas keberlanjutan suatu bangunan sehingga standar ruang berkualitas tinggi.

Research Strategist, Climate and Carbon JLL Tobias Lindqvist mengatakan transisi properti ke bentuk ramah lingkungan menghadirkan banyak tantangan dan peluang tidak hanya bagi bangunan dan pemiliknya namun juga pada kerangka sertifikasi yang diandalkan untuk mengukur keberlanjutan.

“Ketika dekarbonisasi menjadi tujuan, penghuni, pemilik dan investor sedang menilai kembali prioritas terkait keberlanjutan mereka, dan banyak yang menempatkan langkah-langkah pengurangan karbon sebagai prioritas utama,” ujarnya dalam laporan Green Building Certification, dikutip Rabu (22/1/2025).

Terlebih, sektor properti menyumbang sekitar 40% emisi global, 27% berasal langsung dari operasional gedung yang menciptakan urgensi yang mendesak untuk mengatasi kinerja energi dan emisi bangunan.

Namun demikian, sertifikasi bangunan saat ini biasanya berfokus pada desain dan konstruksi dan belum tentu mencerminkan peningkatan penggunaan energi atau emisi selama pengoperasian.

CEO One Global Capital Iwan Sunito menuturkan bangunan ramah lingkungan menjadi sebuah tren properti di Sydney. Menurutnya, banyak lembaga pembiayaan seperti perbankan yang memberikan insentif untuk bangunan ramah lingkungan. Hal ini dengan ditawarkan sejumlah promo khusus untuk bisa memacu inisiatif pengembangan bangunan ramah lingkungan.

“Kota Sydney juga mendorong penerapan kebijakan nol karbon sehingga tidak ada pembongkaran bangunan tetapi bagaimana mempertahankan struktur bangunan yang ada dengan melakukan sedikit upaya insiatif bangunan ramah lingkungan,” katanya kepada Bisnis. 

Saat ini, perusahaan tengah mendorong inisiatif bangunan ramah lingkungan dengan menambah fitur ramah lingkungan terhadap bangunan itu sendiri.

“Selain itu, kami juga tengah mempertimbangkan sebuah struktur bangunan untuk dimungkinkan direnovasi kembali menjadi gedung ramah lingkungan, jadi tidak dengan membongkar secara menyeluruh,” ucapnya. 

Adapun hotel milik pengusaha Iwan Sunito yang berlokasi di Australia, One Global Resorts Green Square, berhasil menciptakan rekor tingkat okupansi atau keterisian kamar. Menurut STR Global, One Global Resorts Green Square mengalami peningkatan Revenue per Available Room (RevPAR) sebesar 17,5% dalam tiga bulan terakhir. 

Sementara tingkat okupansi meningkat 13,1% jadi 98,3%. Di rentang waktu yang sama, Average Daily Rate (ADR) mencapai AUD 315 atau naik 3,9% dan sedangkan Revenue Generation Index (RGI) mencapai 143,7 dengan kenaikan 7,8%.

Menurutnya, capaian tersebut adalah bukti nyata dari visi perusahaan untuk membawa divisi hospitality One Global Capital ke level yang lebih tinggi. 

“Kami percaya bahwa keberhasilan ini merupakan awal dari transformasi besar yang akan kami lakukan di One Global Resorts Green Square, termasuk peningkatan fasilitas dan layanan yang sejalan dengan standar hotel mewah internasional,” tuturnya. 

One Global Resorts akan terus dibawa naik level dimana kini telah meningkatkan pengalaman menginap para tamu lebih sesuai dengan hotel internasional mewah. Skor kepuasan tamu tercermin dengan masuknya One Global Resorts Green Square ke jajaran TOP20 dari 194 hotel di Sydney versi Tripadvisor.

Adapun rerata tingkat kepuasan pelanggan juga menorehkan prestasi yang mengesankan. Hal itu tampak dari penilaian 9,4 yang didapat di situs Booking.com, 9,4 di Expedia.com, 9,4 di Hotels.com, 9,2 di Agoda dan 4,5/5 di Ctrip.

Iwan menambahkan, One Global Resorts Green Square sangat populer bagi keluarga Asia Tenggara yang datang untuk mengunjungi kerabat mereka yang belajar di Universitas UNSW dan UTS di dekatnya.

Merujuk Tourism Australia, di antara negara-negara di Asia Tenggara, wisatawan asal Indonesia saat ini merupakan pengunjung terbesar kedua ke Australia, dengan sekitar 202.100 kedatangan pada 2023. 

Jumlah ini diperkirakan akan tumbuh 80% dalam 5 tahun ke depan. Secara total, diperkirakan ada 2,1 juta kedatangan pengunjung dari kawasan Asia Tenggara ke Negeri Kanguru pada 2028.

Pertumbuhan total belanja pengunjung diperkirakan mencapai 6% per tahun selama lima tahun ke depan, dan total belanja pengunjung di Australia diperkirakan mencapai U$$ 223,3 miliar pada tahun 2028 atau 61% di atas level sebelum pandemi.

“Bahkan untuk enam bulan ke depan, kami berhasil mengamankan kerja sama dengan beberapa tim produksi film yang akan menginap di One Global Resorts Green Square,” ujar Iwan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper