Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Karbon China Berisiko Tertekan Tahun Ini, Bagaimana Indonesia?

Penerbitan izin dan sertifikasi emisi di China diperkirakan meningkat seiring dengan cakupan sektor-sektor baru
Pegawai mengambil foto suasana saat pembukaan perdagangan perdana Bursa Efek Indonesia 2025 di Mainhall Gedung BEI di Jakarta, Kamis, (2/1/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengambil foto suasana saat pembukaan perdagangan perdana Bursa Efek Indonesia 2025 di Mainhall Gedung BEI di Jakarta, Kamis, (2/1/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Harga karbon di pasar China berisiko menghadapi tekanan pada 2025, seiring dengan cakupan industri yang akan diperluas dalam skema perdagangan emisi.

Pasar karbon China diproyeksikan mencakup lebih banyak sektor pada tahun ini. Namun surplus izin emisi yang terus berlanjut dan berakhirnya izin lama akibat perubahan aturan dapat memperlambat kenaikan harga yang sempat terjadi pada 2024.

Kementerian Ekologi dan Lingkungan China melaporkan pada Jumat (3/1/2025) bahwa total pasokan izin emisi di pasar—yang saat ini hanya mencakup sektor listrik—mencapai 5,2 miliar ton pada 2024.

Volume tersebut meningkat 16% sejak bursa karbon China diluncurkan pada 2021. Secara tahunan, harga izin emisi naik 23% menjadi 97 yuan per ton pada 2024, sementara nilai transaksi meningkat lebih dari seperempat kali lipat. Data Bloomberg memperlihatkan harga karbon di bursa China telah melesat 90% sejak diluncurkan pertama kali.

Hampir semua sektor berhasil memenuhi target pengurangan emisi karbon, menurut kementerian. Tahun ini, China bersiap untuk memasukkan tiga sektor industri baru dalam skema perdagangan karbon, yakni aluminium, semen, dan baja.

Ketiga sektor ini diperkirakan akan meningkatkan pasokan izin menjadi 8 miliar ton, seperti yang dilaporkan oleh media lokal Caijing, mengutip pernyataan seorang pejabat bursa dalam sebuah forum bulan lalu.

Meskipun pasar karbon China menunjukkan pertumbuhan yang konsisten, masalah kelebihan pasokan masih menjadi tantangan utama. Estimasi kelebihan izin diperkirakan menembus 300 juta ton. Pada akhir 2024, regulator menetapkan batasan penimbunan izin emisi yang akan menyebabkan banyak izin yang tidak terpakai kehilangan nilainya pada akhir 2025.

“Akan ada lebih banyak pasokan yang menekan harga,” ujar Song Yutong, seorang analis dari London Stock Exchange Group dikutip Bloomberg. Song juga menambahkan bahwa perluasan cakupan ke industri baru mungkin tidak secara signifikan memperketat pasokan yang sudah ada.

Di tengah makin besarnya skala perdagangan emisi di China, Indonesia sebagai satu-satunya penyelenggara bursa karbon di kawasan Asia Tenggara memperlihatkan performa yang kurang memuaskan.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa sepanjang 2024, total nilai karbon yang diperdagangkan di Indonesia mencapai Rp19,72 miliar. Nilai tersebut lebih rendah daripada 2023 yang menembus Rp30,90 miliar.

Volume karbon yang ditransaksikan pada periode 12 bulan 2024 bertengger di 412.186 ton CO2 ekuivalen, kembali turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 494.254 ton CO2 ekuivalen.

Jika diakumulasi, maka total karbon yang diperdagangkan sejak September 2023 sampai akhir 2024 berjumlah 906.440 ton CO2 ekuivalen dengan nilai total Rp50,62 miliar.

Setidaknya ada tiga proyek yang mengantongi sertifikat pengurangan emisi gas rumah kaca (SPE-GRK). Proyek-proyek ini mencakup Lahendong Unit 5 & Unit 6 milik PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO).

Kemudian ada pula pembangunan Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang dan Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro (PLTM) Gunung Wugul.

Adapun per 6 Januari 2025, harga karbon dibanderol di Rp57.000. Harga itu turun 25,97% dibandingkan dengan hari pertama perdagangan di level Rp77.000 per unit.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper