Bisnis.com, JAKARTA — Indeks ESG Leader (IDXESGL) menjadi segelintir indeks saham berlabel hijau di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang masih bergerak di teritorial hijau di tengah tekanan yang dialami indeks berkriteria serupa.
Berdasarkan data BEI, IDXESGL yang beranggotakan 30 emiten dengan skor risiko environment, social and governance (ESG) terbaik itu parkir di level 155,72 per 22 November 2024. Angka tersebut mencerminkan kenaikan tipis 0,01% year to date (YtD) atau hampir stagnan dibandingkan dengan posisi pada awal 2024.
Namun performa IDXESGL cenderung lebih baik dibandingkan dengan indeks ramah lingkungan lainnya. Sebagai perbandingan, indeks Sri Kehati telah terkoreksi 10,40% sepanjang 2024 dan terakhir kali menempati level 391,16 pada penutupan perdagangan 22 November 2024.
Terlepas dari performa ini, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengemukakan bahwa investor mulai mengincar perusahaan dengan laporan berkelanjutan berkualitas. Hal ini sekaligus mencerminkan bahwa aspek ESG masih menjadi pertimbangan investasi pemodal.
“Saat ini tren global menunjukan institutional investor sangat peduli implementasikan prinsip ESG. Mereka masuk ke perusahaan yang benar-benar berkelanjutan. Itu terlihat dari laporannya [laporan keberlanjutan]," ujar Nyoman, Rabu (20/11/2024).
Dia menjelaskan 97% emiten telah memberikan laporan keberlanjutan 2023 pada 2024. Sisanya, terdapat beberapa perusahaan skala kecil yang belum melaporkan laporan keberlanjutan 2023, dan kewajibannya digeser menjadi tahun ini.
Baca Juga
“Akan tetapi, target penyampaian itu satu hal, yang penting lagi kualitas penyampaian informasi bermanfaat ke investor untuk ambil keputusan,” tambahnya Nyoman.
Laporan keberlanjutan telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 51 Tahun 2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 BEI Ignatius Denny Wicaksono mengatakan masih banyak emiten yang kesulitan dalam membuat laporan keberlanjutan, terutama terkait dengan laporan karbon.
“Banyak investor minta untuk pelaporan emisi karbon. Akan tetapi, dalam pelaporannya, banyak emiten kesulitan menghitung emisi,” jelas Ignatius.
Lantas, bagaimana performa saham konstituen IDXESGL sejauh ini?
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) masih mempertahankan posisinya sebagai emiten dengan nilai ESG terbaik. PGEO menjadi satu-satunya perusahaan terbuka di BEI dengan nilai ESG di bawah 10 atau dalam kategori neglible atau memiliki risiko ESG yang dapat diabaikan.
Berdasarkan catatan Sustainalytics, perusahaan asal Amsterdam yang menilai level keberlanjutan perusahaan terbuka, nilai ESG teranyar PGEO berada di angka 7,11. Angka itu menempatkan PGEO sebagai perusahaan dengan ESG teratas di antara 647 perusahaan di sektor utilitas. Secara keseluruhan, PGEO menempati peringkat 63 dari 15.080 korporasi dunia yang diperingkat Sustainalytics.
Dari sisi kinerja saham, PGEO per penutupan perdagangan Jumat (22/11/2024) bertengger di harga Rp1.030 per saham. Banderol tersebut mencerminkan koreksi 18,58% YtD.
Mayoritas saham dalam 10 besar skor ESG terbaik terpantau berada di zona merah sepanjang periode yang sama. Hanya PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) yang terapresiasi dengan kenaikan 11,40% YtD dan terakhir berada di harga Rp6.350. Sementara itu, PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) merupakan satu-satunya saham yang berada di harga yang sama daripada posisi awal 2024 yakni di Rp424 per saham.
Berikut rekapitulasi kinerja saham emiten konsistuen IDXESGL dengan skor ESG terbaik.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.