Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham di sektor infrastruktur dan jaringan kelistrikan diperkirakan tetap tumbuh dan menjadi penopang sektor berbasis environment, sustainability and governance (ESG) ketika saham energi surya dan angin mengalami koreksi setelah Donald Trump resmi keluar sebagai pemenang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).
Analis di TD Securities sebagaimana diwartakan Bloomberg menyebutkan bahwa jaringan listrik dan infrastruktur pendukungnya kini menjadi salah satu “subsektor transisi energi yang paling siap.”
Tren positif ini setidaknya terlihat setelah pemilihan presiden 5 November 2024. Sebuah indeks pasar saham utama yang melacak saham-saham terkait peralatan jaringan listrik naik sekitar 6%, sementara Indeks Energi Bersih S&P Global justru anjlok sekitar sepersepuluh nilainya. Pemasok jaringan listrik di Asia dan Eropa yang memperoleh pendapatan signifikan dari pasar Amerika juga mengalami kenaikan, seperti Hitachi Ltd. dari Jepang yang meningkat lebih dari 8% dalam periode yang sama.
Manajer aset mengatakan investasi di sektor kelistrikan dan jaringan AS merupakan salah satu strategi untuk menghindari dampak negatif dari kebijakan tarif Trump terhadap sektor energi bersih. Selain itu, investasi di sektor ini turut diperkuat dengan potensi kenaikan permintaan energi dari dalam negeri imbas dari kebijakan proteksionis Trump.
“Kami sangat optimistis terhadap permintaan energi di AS,” kata Ran Zhou, manajer portofolio di hedge fund Electron Capital Partners LLC yang berbasis di New York. “Dan yang terkait dengan itu adalah energi bebas karbon jangka panjang.”
Adapun perusahaan yang mengembangkan peralatan jaringan listrik dan mengalami kenaikan harga saham sejak pemilu 5 November antara lain Eaton Corp., Rockwell Automation Inc., dan Ametek Inc., yang semuanya naik lebih dari 6%. Emerson Electric Co. bahkan meningkat lebih dari 7% berdasarkan catatan Bloomberg.
Baca Juga
Perusahaan yang terkait dengan jaringan listrik sudah menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan sektor hijau lainnya jauh sebelum pemilu AS, dengan NASDAQ OMX Clean Edge Smart Grid Infrastructure Index naik 20% tahun lalu. Namun, menurut manajer aset yang diwawancarai Bloomberg, basis sektor manufaktur AS yang lebih besar akibat kebijakan tarif Trump tampaknya akan memicu gelombang pertumbuhan baru untuk saham jaringan listrik.
Trump telah menyatakan keinginannya untuk mencabut dana yang belum terpakai dari undang-undang iklim unggulan pemerintahan Biden, Inflation Reduction Act 2022. Sikap pro-bahan bakar fosilnya juga memicu kekhawatiran di kalangan investor hijau bahwa Gedung Putih di bawah Trump akan menghambat pengembangan proyek energi terbarukan di AS.
Namun, di sisi lain, presiden terpilih dari Partai Republik itu berjanji akan memberikan akses listrik murah bagi perusahaan AS, yang menurut analis tidak mungkin terjadi tanpa membangun energi terbarukan.
Perubahan kebijakan di AS bertepatan dengan rekor lonjakan permintaan energi. Wood Mackenzie, sebuah perusahaan konsultan, memperkirakan AS kini menghadapi lonjakan konsumsi energi terbesar dalam beberapa dekade, dengan pertumbuhan diproyeksikan mencapai 15% di beberapa wilayah dalam lima tahun ke depan.
Sebagian besar permintaan tersebut akan berasal dari perusahaan teknologi yang membangun pusat data untuk mendukung pengembangan kecerdasan buatan. Amazon.com Inc., Google dari Alphabet Inc., dan Microsoft Corp. masing-masing telah mengumumkan kesepakatan energi nuklir dalam beberapa bulan terakhir untuk mendukung penggunaan pembangkit listrik dengan emisi nol.
Di bawah Presiden Joe Biden, pengembangan jaringan listrik mendapat dukungan lebih dari US$30 miliar dari pemerintah. Pada Mei, regulator AS bahkan menyelesaikan aturan yang memungkinkan reformasi sektor besar-besaran untuk mempercepat pembangunan jaringan listrik.
Peningkatan jaringan listrik akan menguntungkan pembuat peralatan secara global dalam dua hingga tiga tahun ke depan, kata Jerry Goh, direktur investasi di Abrdn Plc. Hal ini terjadi karena produksi di AS tidak mencukupi.
Yi Shi, manajer portofolio klien di Pictet Asset Management, mengatakan sudah berinvestasi di perusahaan yang melayani jaringan listrik AS sebelum pemilu dan tidak berniat menarik investasi tersebut.
“Kami tidak hanya melihat prospek yang terlihat, tetapi juga pertumbuhan pendapatan yang mendasarinya,” kata Shi.