Bisnis.com, JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan risiko cuaca ekstrem yang mengintai berbagai wilayah Indonesia, seiring dengan berlanjutnya anomali curah hujan yang telah berlangsung sejak Mei 2025.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengemukakan BMKG telah mencatat risiko cuaca di sejumlah wilayah destinasi wisata, padat penduduk dan memiliki aktivitas transportasi tinggi. Peringatan dini telah dikeluarkan sejak 28 Juni 2025 agar aktivitas libur sekolah dapat dimitigasi.
Beberapa wilayah yang perlu diwaspadai adalah sebagian Pulau Jawa bagian barat dan tengah (terutama Jabodetabek), Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Timur, Maluku, dan Papua. Hujan intensitas lebat, sangat lebat, hingga ekstrem telah terkonfirmasi terjadi di wilayah-wilayah tersebut dalam beberapa hari terakhir.
“Pada 5 Juli 2025, hujan intensitas lebih dari 100 milimeter per hari [lebat hingga sangat lebat] di wilayah Bogor, Mataram, dan sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan,” kata Dwikorita dalam siaran pers yang dikutip Selasa (8/7/2025).
Hujan ekstrem tersebut telah memicu terjadinya genangan air, banjir bandang, tanah longsor, dan pohon tumbang. Selain itu, hujan lebat juga terjadi di wilayah Tangerang dan Jakarta Timur yang mengakibatkan genangan, kerusakan infrastruktur, dan gangguan aktivitas masyarakat.
Hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat juga kembali terjadi pada 6 Juli 2025 di wilayah Jakarta dan sekitarnya, terutama Tangerang. Intensitas hujan lebat tercatat lebih dari 100 mm per hari, bahkan mencapai 150 mm per hari di daerah Puncak, Jawa Barat.
Baca Juga
Untuk sepekan ke depan, BMKG mengeluarkan peringatan kepada masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di berbagai wilayah, terutama di Pulau Jawa bagian barat dan tengah, termasuk Jabodetabek, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan wilayah sekitarnya yang meliputi NTB, Maluku bagian Tengah dan Papua bagian tengah dan utara.
“Kemudian periode 10–12 Juli 2025, potensi hujan signifikan diperkirakan akan bergeser ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur seiring dengan pergeseran gangguan atmosfer dan distribusi kelembaban tropis,” lanjutnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca Tri Handoko Seto menjelaskan saat ini BMKG terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), operator transportasi, dan pihak lain sebagai tindak lanjut atas kondisi ini.
Untuk wilayah DKI Jakarta, BMKG bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan BPBD berencana melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) sebagai respons terhadap cuaca ekstrem.
“Operasi Modifikasi Cuaca di DKI Jakarta dan Jawa Barat dilaksanakan mulai hari ini dan direncanakan sampai tanggal 11. Tentu nanti kami akan lihat perkembangan cuacanya. Kami terus berkoordinasi dengan Pemda dan BNPB sebagai pihak yang menyediakan anggaran,” jelasnya.
Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada serta bersiaga terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. Masyarakat juga harus mewaspadai risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, banjir bandang, serta gangguan transportasi.