Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyek Industri Hijau India Senilai US$89 Miliar Minim Komitmen Investasi

Secara global, 692 dari 826 proyek industri hijau masih menunggu pendanaan
Ilustrasi pembiayaan hijau./Bisnis - Puspa Larasati
Ilustrasi pembiayaan hijau./Bisnis - Puspa Larasati

Bisnis.com, JAKARTA — Pipeline proyek industri hijau India senilai US$89 miliar atau sekitar Rp1.459,60 triliun (asumsi kurs Rp16.400 per dolar AS) dilaporkan terkendala menarik investasi. Dalam enam bulan terakhir, hanya satu proyek yang mencapai tahap investasi final menurut laporan aliansi industri hijau.

India tercatat memiliki 41 proyek industri hijau yang mencakup produksi amonia hijau, hidrogen dan bahan bakar aviasi berkelanjutan (sustainable aviation fuel/SAF).

Meski demikian, laporan Mission Possible Partnership and Industrial Transition Accelerator yang berfokus pada peningkatan dekarbonisasi sektor dengan emisi tinggi mengungkap bahwa kelanjutan proyek-proyek tersebut berada di persimpangan dan menghadapi tantangan untuk mencapai tahap operasional.

Menurut laporan itu, proyek industri bersih di India baru berhasil mengamankan investasi senilai US$13 miliar, jauh di bawah China yang mencatat US$61 miliar dan Amerika Serikat dengan nilai US$54 miliar.

CEO MPP, Faustine Delasalle, menyebut lambatnya perkembangan pasar untuk komoditas bersih dengan harga kompetitif sebagai hambatan utama bagi arus investasi di India.

"Tingginya biaya modal menjadi salah satu masalah yang menahan investasi di negara-negara berkembang dan yang berkembang pesat. Kita perlu memanfaatkan minat yang meningkat dari lembaga keuangan pembangunan maupun swasta untuk mendanai pengembangan industri hijau," ujarnya, dikutip dari Reuters.

Laporan ini juga menyoroti bahwa terdapat sekitar US$1,6 triliun nilai proyek industri bersih yang telah diumumkan secara global, tetapi belum memperoleh pembiayaan. Dari 826 proyek industri bersih skala komersial di 69 negara, sebanyak 692 proyek masih menunggu pendanaan.

“Hanya ada kurang dari 15 proyek yang mencapai keputusan investasi final setiap tahun, dan ini memperlambat realisasi manfaat iklim, ekonomi, dan sosial dari pengembangan industri bersih,” demikian bunyi laporan tersebut, seraya mencatat bahwa ketidakpastian kebijakan turut menghambat kemajuan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper