Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah rekor penjualan dan pertumbuhan bisnis PT Bukit Asam Tbk (PTBA) pada 2024, perusahaan dihadapkan tekanan dan tantangan terutama terkait peningkatan emisi gas rumah kaca.
Tahun lalu, PTBA mencetak rekor penjualan tertinggi sepanjang sejarah. Selama 2024, total penjualan batu bara PTBA mencapai 42,9 juta ton atau tumbuh 16% secara tahunan (year on year/yoy).
Tercatat, dalam kurun lima tahun terakhir, penjualan batu bara PTBA memang terus melonjak. Penjualan batu bara PTBA didominasi oleh pasar domestik. Namun secara bauran, porsi ekspor semakin meningkat.
Berdasarkan data perusahaan, pada 2020 penjualan batu bara sebesar 26,1 juta ton, kemudian meningkat menjadi 28,4 juta ton pada tahun berikutnya. Tren peningkatan penjualan kembali terulang pada 2022 sebesar 31,7 juta ton, kemudian naik menjadi 37,0 juta ton pada 2023.
Mengutip capaian ikhtisar kinerja keberlanjutan PTBA dalam Sustainable Report 2024 dengan tema Lincah Beradaptasi di Tengah Tuntutan Transisi Energi, peningkatan kinerja operasional berdampak langsung pada konsumsi energi yang meningkat.
Tercatat, konsumsi solar (BBM) energi PTBA pada 2024 sebesar 359.550 kiloliter (KL), atau naik 6,23% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk penggunaan listrik pada 2024 sebesar 140,03 juta kilowatt-hour (kWh) atau naik 6,54% dibandingkan dengan 2023.
Baca Juga
Adapun jumlah penggunaan energi PTBA tahun lalu tercatat 14,41 juta Gigajoule (GJ) atau naik 6,24% dibandingkan dengan 2023.
Meskipun PTBA berhasil mencatat penurunan absolut emisi gas rumah kaca pada 2024, total emisi yang dihasilkan tetap tinggi sebagai konsekuensi dari peningkatan aktivitas operasional dan ekspansi produksi.
Tercatat, hasil absolut penurunan emisi PTBA pada 2024 adalah sebesar 305.523 ton CO2e, turun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 323.296 ton CO2e.
Capaian ini bertolak belakang dengan biaya lingkungan yang digelontorkan PTBA selama 2024 yang tercatat naik signifikan. Tercatat pada 2023 biaya lingkungan yang dikeluarkan perseroan sebesar Rp253,75 miliar, kemudian naik 45,71% pada tahun lalu menjadi Rp369,23 miliar.
Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail dalam penjelasan direksi pada Sustainable Report 2024, mengatakan PTBA menetapkan tiga pendekatan atau strategi besar menuju net zero emission, yaitu dekarbonisasi operasi, reklamasi, dan studi CCU (carbon capture, and utilization).
Seiring dengan itu, PTBA juga melakukan berbagai program dan kebijakan pro lingkungan, diantaranya revegetasi area bekas tambang, konservasi terumbu karang, serta mangrove.
“Pada 2024, PTBA berhasil melakukan penghematan energi listrik dan BBM sebesar 371.063,84 GJ, yang diikuti dengan pengurangan emisi sebesar 305.523 tCO2e. Adapun total revegetasi yang telah dilakukan seluas 2.431,44 hektare,” ujarnya.
Arsal menambahkan, pencapaian tersebut semakin bermakna dengan tidak adanya pengaduan terkait lingkungan yang ditujukan kepada PTBA pada tahun pelaporan.
Kepedulian PTBA terhadap aspek lingkungan juga direalisasikan dengan melanjutkan program konservasi keanekaragaman hayati, termasuk melindungi dan mendorong restorasi habitat tertentu sehingga tidak punah.