Bisnis.com, JAKARTA — Konsumsi listrik dari pembuatan chip kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) telah melonjak lebih dari 350% di seluruh dunia antara tahun 2023 hingga 2024.
Merujuk hasil penelitian Greenpeace, Asia Timur menjadi pusat global untuk produksi semikonduktor AI. Di kawasan ini, permintaan listrik yang meningkat dari pembuatan cip AI sebagian besar dipenuhi oleh bahan bakar fosil.
Pemimpin Proyek Rantai Pasokan Greenpeace Asia Timur Katrin Wu mengatakan konsumsi listrik global dari pembuatan cip AI meningkat lebih dari 350% antara tahun 2023 dan 2024.
Pada 2030, permintaan listrik global untuk pembuatan cip AI diperkirakan akan meningkat sebanyak 170 kali lipat dari level tahun 2023, melebihi konsumsi listrik Irlandia saat ini
Pembuatan cip AI sebagian besar terkonsentrasi di Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang, di mana permintaan listrik yang terus meningkat memberikan beban yang signifikan pada jaringan listrik.
Menurutnya, pembuatan cip AI menggunakan kapasitas bahan bakar fosil baru di Taiwan dan Korea Selatan di mana seharusnya dipenuhi oleh sumber energi terbarukan.
Baca Juga
“Meskipun perusahaan perangkat keras tanpa pabrik seperti Nvidia dan AMD meraup miliaran dolar dari ledakan AI, mereka mengabaikan dampak iklim dari rantai pasokan mereka di Asia Timur,” ujarnya dalam laporan Greenpeace, Kamis (10/4/2025).
Di seluruh Asia Timur, terdapat banyak peluang bagi perusahaan untuk berinvestasi langsung dalam energi angin dan matahari. Namun, pembuat cip gagal melakukannya dalam skala yang berarti.
“Sangat penting bagi Nvidia, AMD, dan rekan-rekan mereka untuk sepenuhnya menyadari dampak lingkungan dari rantai pasokan mereka dan bekerja sama dengan produsen untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan,” katanya.
Greenpeace mendesak Nvidia, AMD, dan rekan-rekan mereka untuk mencapai 100% energi terbarukan di seluruh rantai pasokan mereka dimulai dengan pembuatan cip AI.
Menurut Katrin, perusahaan AI harus bekerja sama dengan produsen cip untuk menargetkan penggunaan energi terbarukan 100% pada 2030 dan untuk mendapatkan energi terbarukan secara lokal melalui pendekatan berdampak tinggi seperti membangun dan berinvestasi dalam fasilitas pembangkit energi terbarukan dan menandatangani perjanjian pembelian listrik (PPA) jangka panjang.
Dia menilai mencapai 100% energi terbarukan di seluruh rantai pasokan AI sangat penting untuk mencegah peningkatan besar dalam emisi iklim dan mengurangi kematian dan penyakit akibat polusi udara.
Perusahaan perangkat keras dapat mengatasi hambatan energi terbarukan dengan berinvestasi langsung dalam kapasitas tenaga angin dan surya, menandatangani perjanjian pembelian daya, dan memanfaatkan pengaruh mereka untuk mengadvokasi rasio energi terbarukan yang lebih tinggi dalam jaringan listrik.
“Nvidia melaporkan pendapatan hampir US$40 miliar untuk kuartal keempat tahun 2024. Nvidia, AMD, dan perusahaan lain yang berada di garis depan ledakan AI harus bertanggung jawab atas dampak lingkungan dari rantai pasokan mereka,” ucap Katrin.
Salah Satu Penulis Laporan dan Pendiri Digiconomist Alex de Vries menuturkan biaya energi pusat data AI yang meningkat pesat telah menjadi berita utama global, namun implikasi lingkungan dari bagian lain siklus hidup perangkat keras sering kali diabaikan.
Proses manufaktur perangkat keras AI membutuhkan banyak energi dan membawa dampak lingkungan yang signifikan. Hal ini terutama mengingat konsentrasi manufaktur ini di Asia Timur sebagai tempat jaringan listrik masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil dan pembuat cip belum mengambil banyak langkah untuk mendapatkan energi terbarukan.
“Seiring meningkatnya permintaan perangkat keras AI, penting untuk mempertimbangkan peningkatan emisi yang terkait dengan manufaktur perangkat keras AI,” tuturnya.
Di Asia Timur, industri cip memenuhi permintaan listrik baru dengan solusi iklim palsu seperti gas. Pada 2024, pemerintah Korea Selatan menyetujui pembangunan pembangkit listrik dan pemanas gabungan gas alam cair (LNG) berkapasitas 1 gigawatt (GW) untuk SK hynix di kompleks industri umum Yongin.
Pemerintah Korea Selatan juga berencana membangun kapasitas LNG sebesar 3 GW untuk Samsung di National Semiconductor Cluster.
Di Taiwan, Taiwan Power Company (Taipower) telah menggunakan peningkatan permintaan listrik dari sektor semikonduktor dan AI sebagai pembenaran untuk memperluas proyek LNG dan infrastruktur jaringan.
Alex menambahkan emisi global dari konsumsi listrik yang terkait dengan pembuatan cip AI tumbuh sebesar 357% pada 2024. Di Asia Timur, jaringan listrik sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Pada 2023, 58,5% pasokan listrik di Korea Selatan dihasilkan dari bahan bakar fosil, 68,6% di Jepang, dan 83,1% di Taiwan.