Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eropa Alami Maret Terpanas Sepanjang Sejarah

Laporan Copernicus mengungkap bahwa suhu rata-rata pada Maret 2025 di Eropa menjadi yang terpanas dalam sejarah
Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang membakar di pabrik daur ulang, di Sesklo, di Yunani tengah, 26 Juli 2023. REUTERS/Alexandros Avramidis/File Foto
Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang membakar di pabrik daur ulang, di Sesklo, di Yunani tengah, 26 Juli 2023. REUTERS/Alexandros Avramidis/File Foto

Bisnis.com, JAKARTA — Kawasan Eropa mencatat Maret terpanas sejak pencatatan suhu dimulai. Tren ini menunjukkan bahwa perubahan iklim terus berlanjut dan mendorong suhu global ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Berdasarkan buletin bulanan dari Copernicus Climate Change Service (C3S), suhu rata-rata pada Maret 2025 merupakan yang terpanas dialami Eropa.

Secara global, suhu pada bulan ini menjadi Maret terpanas kedua dalam sejarah, hanya lebih rendah daripada rekor Maret 2024. Suhu rata-rata global pada Maret 2025 mencapai 1,6 derajat Celsius lebih tinggi dari suhu pra-industri.

Selama 20 dari 21 bulan terakhir, suhu rata-rata global tercatat melebihi ambang batas 1,5 derajat Celsius di atas masa pra-industri. Tahun lalu bahkan dinobatkan sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan iklim.

Konsensus ilmiah menyebutkan bahwa pemicu utama perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.

Samantha Burgess, pimpinan strategis di European Centre for Medium-Range Weather Forecasts yang mengelola C3S, mencatat bahwa Eropa juga mengalami cuaca ekstrem berupa curah hujan berlebihan di beberapa wilayah, dan kekeringan parah di wilayah lainnya.

“Banyak daerah mengalami Maret terkering dalam catatan setidaknya 47 tahun terakhir, sementara wilayah lain justru mencatatkan Maret terbasah,” ujarnya.

Perubahan iklim menyebabkan sebagian wilayah menjadi lebih kering dan memperparah gelombang panas yang meningkatkan risiko kekeringan. Hal ini terjadi karena peningkatan suhu mempercepat laju penguapan, sehingga mengeringkan tanah dan vegetasi.

Namun, pemanasan global juga memperkuat curah hujan ekstrem yang dapat menyebabkan banjir. Udara yang lebih hangat mampu menampung lebih banyak uap air, sehingga awan menjadi lebih "berat" sebelum akhirnya melepaskan hujan deras.

C3S juga melaporkan bahwa es laut Arktik pada bulan lalu menyusut ke tingkat terendah untuk bulan Maret dalam catatan satelit selama 47 tahun. Penyusutan es laut pada tiga bulan sebelumnya juga mencatat rekor terparah untuk masing-masing bulannya.

Catatan suhu C3S dimulai sejak 1940, dan dikonfirmasi silang dengan data suhu global yang berasal dari 1850.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper