Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peringkat Smart City Indonesia Stagnan, Kemacetan dan Polusi Udara Masih Menjadi Masalah

Dalam lima tahun terakhir, peringkat smart city Jakarta, Medan, dan Makassar bahkan terus anjlok, hingga kini berada pada posisi di bawah 100 kota dunia.
Jajaran gedung bertingkat di Jakarta, Minggu (7/7/2024). Bisnis/Abdurachman
Jajaran gedung bertingkat di Jakarta, Minggu (7/7/2024). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Peringkat smart city Jakarta di Indonesia tercatat stagnan berdasarkan hasil riset Smart City Index 2025 yang diterbitkan oleh IMD World Competitiveness Center (WCC).

Bahkan, peringkat Jakarta tersalip oleh Ho Chi Minh asal Vietnam yang tahun lalu berada di bawah peringkat Jakarta.

Tahun ini, peringkat Jakarta tercatat tetap berada di peringkat 103 seperti tahun lalu. Selain Jakarta, terdapat Medan dan Makassar yang juga masuk dalam daftar.

Namun, peringkat kedua kota ini pun tidak mengalami perubahan signifikan. Peringkat Medan turun satu peringkat dari 112 ke posisi 113 tahun ini. Sementara Makassar, naik satu peringkat dari 115 pada 2024 ke posisi 114 di 2025.

Tiga kota di Indonesia ini kalah dari sejumlah kota dari negara-negara Asia Tenggara lain seperti Singapura, Kuala Lumpur Malaysia, Bangkok Thailand, Hanoi Vietnam, dan Ho Chi Minh Vietnam. Untuk kawasan Asia Tenggara, peringkat kota-kota di Indonesia hanya unggul dari Manila Filipina.

Adapun Singapura diperingkat 9, dari turun 4 peringkat tahun ini dari posisi 5 tahun lalu. Lalu Kuala Lumpur diperingkat 65, naik 8 peringkat tahun ini dari posisi 73 tahun lalu. Kemudian, Bangkok diperingkat 86, turun 2 peringkat tahun ini dari posisi 84 tahun lalu. 

Selanjutnya, Hanoi diperingkat 88, naik 8 peringkat dari posisi 97 tahun lalu. Ho Chi Minh diperingkat 100, naik 4 peringkat dari posisi 104 tahun lalu dan Manila diperingkat 125 turun 4 peringkat dari posisi 121 tahun lalu.

Dalam lima tahun terakhir, peringkat smart city Jakarta, Medan, dan Makassar bahkan terus anjlok, hingga kini berada pada posisi di bawah 100 kota dunia.

Medan diperingkat113 turun 1 peringkat dari posisi 112 tahun lalu dan Makassar diperingkat 114 naik 1 peringkat dari posisi 115 tahun lalu. 

Untuk diketahui, IMD Smart City Indeks merupakan penelitian tahunan yang mengukur tingkat persepsi masyarakat mengenai seberapa cerdas dan maju kota mereka. Penelitian ini mendefinisikan kota pintar sebagai kota yang mampu menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, teknologi, kelestarian lingkungan, dan inklusi sosial untuk meningkatkan kualitas hidup warganya.

Direktur World Competitiveness Center (WCC) Arturo Bris mengatakan masalah kemacetan dan korupsi adalah dua masalah utama yang menjadi perhatian warga Jakarta, Medan dan Makassar.

"Bagi warga Jakarta, tiga masalah penting yang perlu segera diselesaikan adalah polusi udara, kemacetan lalu lintas, dan masalah korupsi atau transparansi," ujarnya dalam laporan, Rabu (9/4/2025). 

Kemudian, bagi warga Medan terdapat masalah besar yakni soal keamanan, korupsi, dan kemacetan. Sementara warga Makassar mempermasalahkan soal tingkat pengangguran yang tinggi, korupsi, dan kemacetan.

Selain itu, penelitian ini juga menyoroti soal harga hunian yang makin tidak terjangkau di berbagai kota-kota besar dunia yang masuk dalam IMD Smart City Indeks 2025.

Mahalnya harga hunian di kota-kota besar sudah menjadi isu global. Keterbatasan ketersediaan perumahan yang terjangkau tidak lagi jadi masalah rumah tangga dengan pendapatan rendah, tapi kini sudah berdampak pada kelas menengah.

Untuk mengukur hal ini, IMD secara spesifik menanyakan apakah warga mengalami kesulitan untuk menemukan hunian dengan biaya sewa yang sama atau kurang dari 30% dari rata-rata gaji bulanan mereka.

Untuk Indonesia, kurang dari 20% warga yang menyatakan kalau biaya hunian mereka di Jakarta berkisar 30% gaji bulanan. Selain itu, hanya 10% warga Medan yang menemukan harga hunian yang berkisar 30% gaji bulanan.

"Di berbagai belahan dunia, kota-kota besar memang menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dan menarik urbanisasi. Namun, keberhasilan ini sering diiringi pula dengan kenaikan biaya hidup yang signifikan," kata Arturo 

Menurutnya, terdapat  jurang kesenjangan antara pertumbuhan gaji penduduk perkotaan dengan harga hunian sewa dan beli yang terus naik signifikan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper