Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah China mengumumkan rencana untuk memperluas pasar perdagangan karbonnya ke sektor baja, semen, dan peleburan aluminium. Langkah ini akan memaksa 1.500 perusahaan membeli kredit karbon untuk menutupi emisi mereka.
Juru Bicara Kementerian Lingkungan Hidup China Pei Xiaofei mengemukakan bahwa perluasan ini akan membuat total volume karbon dioksida (CO₂) yang tercakup dalam skema perdagangan karbon mencapai 8 miliar metrik ton.
“Volume ini setara dengan lebih dari 60% dari total emisi China,” kata Pei Xiaofei dalam konferensi pers, Rabu (26/3/2025) sebagaimana dikutip Reuters.
Saat ini, skema perdagangan karbon China mencakup sekitar 5 miliar metrik ton emisi CO₂ yang berasal dari 2.200 perusahaan pembangkit listrik.
Rencana perluasan perdagangan karbon ini telah disampaikan Perdana Menteri China Li Qiang awal Maret 2025.
Mengutip Bloomberg, pasar perdagangan karbon China, yang saat ini hanya mencakup pembangkit listrik, telah menunjukkan peningkatan sejak diluncurkan pada 2021. Namun, harga karbon tetap jauh lebih rendah dibandingkan di Eropa dan dinilai belum cukup mendorong tindakan nyata dari sektor-sektor penghasil emisi terbesar.
Baca Juga
Pemerintah China telah mengindikasikan rencana untuk memasukkan industri baja, aluminium, dan semen ke dalam sistem ini sebelum akhir 2025 guna memastikan cakupan pasar yang lebih luas terhadap total emisi negara.
Dalam laporannya, Li menyatakan bahwa China akan meluncurkan inisiatif statistik dan akuntansi emisi karbon, serta mengembangkan sistem sertifikasi dan pelabelan karbon.
“China juga akan mengambil langkah aktif dalam merespons hambatan perdagangan hijau,” ujarnya.
Li menegaskan bahwa China akan terus memainkan peran utama dalam diplomasi terkait pengurangan emisi dan iklim, terutama saat Amerika Serikat mundur dari kerja sama internasional.
“Kami akan mengembangkan serangkaian proyek besar untuk menghadapi perubahan iklim serta secara aktif berpartisipasi dan mengarahkan tata kelola lingkungan dan iklim global,” katanya.