Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hanya 7 Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Termasuk?

Data IQAir, hanya Australia, Selandia Baru, Bahama, Barbados, Grenada, Estonia, dan Islandia yang berhasil lolos memenuhi standar kualitas udara.
Warga melintas di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta pada Selasa (8/8/2023), ketika Pemprov DKI Jakarta mengimbau warga menggunakan masker untuk mengantisipasi polusi udara yang sangat buruk dan berisiko bagi kesehatan. / Bisnis-Himawan L Nugraha
Warga melintas di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta pada Selasa (8/8/2023), ketika Pemprov DKI Jakarta mengimbau warga menggunakan masker untuk mengantisipasi polusi udara yang sangat buruk dan berisiko bagi kesehatan. / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — IQAir mencatat hanya tujuh negara yang memenuhi standar kualitas udara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun lalu.

Saat ini perang melawan kabut asap akan semakin sulit setelah Amerika Serikat menghentikan upaya pemantauan globalnya.

Chad dan Bangladesh merupakan negara paling tercemar di dunia pada 2024 dengan tingkat kabut asap rerata lebih dari 15 kali lebih tinggi dari pedoman WHO merujuk angka yang dikumpulkan oleh perusahaan pemantauan kualitas udara Swiss, IQAir.

Menurut data IQAir, hanya Australia, Selandia Baru, Bahama, Barbados, Grenada, Estonia, dan Islandia yang berhasil lolos memenuhi standar kualitas udara.

Manajer Sains Kualitas Udara IQAir Christi Chester Schroeder mengatakan kesenjangan data yang signifikan terutama di Asia dan Afrika mengaburkan gambaran di seluruh dunia dan banyak negara berkembang telah mengandalkan sensor kualitas udara yang dipasang di gedung kedutaan dan konsulat AS untuk melacak tingkat kabut asap.

Namun, Departemen Luar Negeri baru-baru ini mengakhiri skema tersebut dengan alasan keterbatasan anggaran, dan lebih dari 17 tahun data dihapus pekan lalu dari situs pemantauan kualitas udara resmi pemerintah AS. 

“Sebagian besar negara memiliki beberapa sumber data lain, tetapi hal ini akan berdampak signifikan terhadap Afrika, karena sering kali sumber-sumber ini merupakan satu-satunya sumber data pemantauan kualitas udara waktu nyata yang tersedia untuk publik,” ujarnya dilansir dari Reuters, Rabu (12/3/2025).

Kekhawatiran data menyebabkan Chad dikeluarkan dari daftar IQAir tahun 2023 tetapi juga menduduki peringkat negara paling tercemar pada tahun 2022, yang terganggu oleh debu Sahara serta pembakaran tanaman yang tidak terkendali.

Konsentrasi rata-rata partikel udara kecil dan berbahaya yang dikenal sebagai PM 2.5 mencapai 91,8 mikrogram per meter kubik (mg/m3) tahun lalu di negara tersebut, sedikit lebih tinggi dari tahun 2022.

WHO merekomendasikan kadar tidak lebih dari 5 mikrogram per meter kubik dimana standar yang hanya dipenuhi oleh 17% kota tahun lalu.

Negara India berada di peringkat kelima dalam peringkat polusi udara setelah Chad, Bangladesh, Pakistan, dan Republik Demokratik Kongo, mengalami penurunan rata-rata PM 2.5 sebesar 7% di tahun tersebut menjadi 50,6 mikrogram per meter kubik.

Namun, kota ini menempati 12 dari 20 kota paling tercemar, dengan Byrnihat, di bagian timur laut negara yang sangat terindustrialisasi, di tempat pertama, mencatat tingkat PM 2.5 rata-rata 128 mikrogram per meter kubik.

Perubahan iklim memainkan peran yang semakin besar dalam meningkatkan polusi, dimana dengan suhu yang lebih tinggi menyebabkan kebakaran hutan yang lebih ganas dan lebih lama yang melanda sebagian wilayah Asia Tenggara dan Amerika Selatan.

Direktur Program Udara Bersih di Energy Policy Institute (EPIC) Universitas Chicago Christa Hasenkopf menuturkan sedikitnya 34 negara akan kehilangan akses ke data polusi yang dapat diandalkan setelah program AS ditutup.

Menurutnya, skema Departemen Luar Negeri meningkatkan kualitas udara di kota-kota tempat monitor ditempatkan, meningkatkan harapan hidup dan bahkan mengurangi tunjangan bahaya bagi diplomat AS, yang berarti bahwa hal itu menguntungkan.

“Itu merupakan pukulan telak bagi upaya kualitas udara di seluruh dunia,” katanya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper