Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) menangkap peluang peningkatan permintaan komponen dalam ekosistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hasil produksi lokal dari rencana ekspor listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) Indonesia ke Singapura.
Dalam kesepakatan ekspor yang tengah dikaji ulang pemerintah tersebut, Indonesia mensyaratkan ekspor listrik dapat dilakukan jika terjadi penciptaan industri hulu sampai hilir panel surya dan juga komponen pendukung lainnya seperti sistem penyimpanan energi baterai (SPEB) di dalam negeri.
Ketua AESI Mada Ayu Habsari mengatakan hal tersebut dapat menjadi peluang meningkatkan permintaan produksi panel dari Indonesia. Dengan demikian, lapangan kerja baru di sektor tersebut dapat tercipta.
“Indonesia dapat menjadi hub produksi barang-barang untuk ekosistem PLTS menggantikan China jika memang kita mendapat peluang order yang besar,” kata Mada kepada Bisnis, Rabu (19/2/2025).
Dari segi kapasitas terpasang, penyerapan listrik dari panel surya disebut telah optimal lantaran bauran energi yang masih rendah saat ini. Kondisi tersebut menjadi prospek cerah untuk pengembangan PLTS ke depannya.
Di samping itu, Mada berharap agar pemerintah dapat mendukung investor dalam hal pengembangan solar panel di Indonesia. Berkaitan dengan pengkajian ulang ekspor listrik bersih ke Singapura, dia juga berharap pemerintah Indonesia dan Singapura dapat menyepakati kerja sama yang saling menguntungkan.
Baca Juga
“Dari sisi investor pastinya ingin mendapat dukungan penuh dari pemerintah indonesia. Mudah-mudahan dapat segera mendapatkan titik temu yang win-win bagi kedua belah negara,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Indonesia telah memiliki kesepakatan kerja sama ekspor listrik hijau dan pengembangan industri panel surya dengan Singapura mencapai US$20 miliar atau setara dengan Rp308 triliun (asumsi kurs Rp15.423 per dolar AS).
Namun, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa persetujuan izin ekspor listrik ke Singapura baru akan diberikan setelah Indonesia mendapat kepastian akan keuntungan yang didapat dari kerja sama tersebut. Prasyarat tersebut telah ia sampaikan kepada otoritas Singapura.
"Jadi aku bilang sama dia [menteri Singapura] begini, aku kirim kamu, oke, energi baru terbarukan dari Riau, Kepri, dia juga minta untuk CCS [carbon capture and storage], supaya menangkap carbon capture dari industri Riau, oke, saya setuju juga. Tapi saya mau tanya, kamu kasih Indonesia apa?" kata Bahlil, pekan lalu.