Bisnis.com, JAKARTA — Studi terbaru Institute for Essential Service Reform (IESR) menunjukkan bahwa Pulau Timor, Sumbawa, dan Sulawesi dapat memenuhi 100% kebutuhan listriknya dari energi terbarukan. Kebutuhan investasi untuk mewujudkan Pulau Timor dan Pulau Sumbawa mencapai US$5,21 miliar atau sekitar Rp85 triliun hingga 2050.
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa dalam peluncuran hasil studi “Pulau Berbasis 100% Energi Terbarukan dan Fleksibilitas pada Sistem Tenaga Listrik” pada Senin (30/6/2025), di Jakarta, mengemukakan bahwa pengembangan energi terbarukan berbasis pulau merupakan langkah strategis.
Hal ini tak lepas dari faktor efisiensi biaya dibandingkankan dengan pembangunan jaringan transmisi bawah laut yang bisa menelan biaya tiga hingga lima kali lebih mahal daripada kabel darat, yakni mencapai US$2 juta–US$3 juta per kilometer.
“Tidak hanya itu, pemanfaatan energi terbarukan di pulau-pulau juga mampu mengurangi risiko logistik dan krisis energi akibat ketergantungan pada pengiriman BBM ke pulau-pulau terpencil,” kata Fabby, dikutip dari siaran pers, Selasa (1/7/2025).
Abraham Halim, Analis Sistem Ketenagalistrikan IESR, memaparkan Sulawesi mempunyai potensi proyek energi terbarukan yang layak finansial sekitar 63 gigawatt (GW), terutama energi surya dan angin. Menurut pemodelan IESR berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), energi terbarukan yang variabel (variable renewable energy/VRE) seperti energi surya, dan angin di Sulawesi akan meningkat dari 2,4% pada 2024 menjadi 29% di 2060.
Analisis IESR menunjukkan bahwa sistem ketenagalistrikan Sulawesi dalam jangka pendek (2030–2040) akan bergantung pada fleksibilitas pembangkit, baik dari energi terbarukan lainnya seperti hidro, fosil, maupun energi baru. Dalam jangka panjang, fleksibilitas akan bertumpu pada baterai untuk skala harian, interkoneksi dengan pulau lain untuk skala mingguan, dan pengelolaan musiman.
Baca Juga
Studi yang sama mengungkap bahwa Pulau Sumbawa mempunyai total potensi energi terbarukan sebesar 10,21 GW, dengan potensi terbesar adalah energi surya (8,64 GW). Untuk memenuhi kebutuhan energi di Pulau Sumbawa dengan 100% energi terbarukan, IESR mendorong penerapan dua strategi berikut yakni strategi jangka pendek (2025–2035) dengan mengganti proyek pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil yang sedang dalam perencanaan dengan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Kemudian untuk strategi jangka panjang (2036–2050) melalui fokus utama adalah mengurangi secara bertahap pembangkit listrik fosil dengan strategi penggantian bahan bakar ke hidrogen dan ammonia hijau.
Sementara itu, Pulau Timor mempunyai potensi energi sebesar 30,81 GW, dengan energi surya dengan potensi terbesar (20,72 GW). Pulau Timor juga dapat mencapai 100% energi terbarukan pada 2050, dengan penggantian proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) untuk jangka pendek (2025–2035).
Untuk strategi jangka panjang (2036–2050), Pulau Timor dapat melakukan penghapusan total pembangkit fosil pada 2050, termasuk pensiun dini PLTU Timor sebagai opsi paling ekonomis. Pengganti utamanya adalah PLTS skala besar dengan penyimpan daya. Pada 2050, sistem Timor akan menghasilkan listrik dari energi surya (82%), mini hidro (9%), angin (6%), dan biomassa (3%).
Kajian ini merekomendasikan sejumlah langkah untuk mewujudkan pulau dengan 100% energi terbarukan. Pertama, mempercepat transisi energi dengan menyiapkan mekanisme pembiayaan dan kerangka hukum untuk percepatan pensiun dini PLTU batu bara. Kedua, meningkatkan fleksibilitas sistem kelistrikan dengan memungkinkan pengoperasian PLTU secara lebih fleksibel serta berinvestasi dalam pengembangan teknologi penyimpanan energi berdurasi panjang.
Kemudian ketiga, mendukung pengembangan teknologi penyimpanan energi dan infrastruktur jaringan listrik sehingga mampu mengakomodasi penetrasi energi terbarukan yang lebih tinggi. Keempat, mereformasi proses perencanaan dan pengadaan energi, termasuk dengan menyederhanakan proses pengadaan energi terbarukan, mengintegrasikan peta jalan hidrogen hijau ke dalam perencanaan energi daerah, serta mendorong implementasi proyek percontohan.