Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengurangi Emisi Karbon dengan Material Konstruksi Hijau

Penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan merupakan salah satu upaya dan langkah penting dalam melindungi ekosistem lingkungan.
Ilustrasi rumah dengan material ramah lingkungan/freepik
Ilustrasi rumah dengan material ramah lingkungan/freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Ketersediaan bahan bangunan ramah lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan penting terhadap pekerjaan konstruksi bangunan gedung hijau.

Direktur Bina Teknik Permukiman dan Perumahan Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Dian Irawati mengatakan industri konstruksi secara global memiliki kontribusi signifikan terhadap kerusakan lingkungan. Adapun sekitar 31% emisi karbon dioksida terkait energi dan proses berasal dari sektor konstruksi.

“Dampak negatif utamanya termasuk penggunaan sumber daya alam yang berlebihan, seperti 40% pasir dan 25% kayu murni per tahun. Selain itu, sektor konstruksi menghasilkan limbah besar dan berkontribusi terhadap polusi udara melalui transportasi dan proses produksi bahan bangunan,” ujarnya dikutip Jumat (7/2/2025). 

Bangunan gedung hijau menjadi prioritas di berbagai negara termasuk Indonesia. Konsep ini mendorong terciptanya gedung yang hemat energi, ramah lingkungan, dan sehat bagi penghuninya.

Dalam mewujudkan bangunan gedung hijau, pemilihan bahan bangunan yang ramah lingkungan memegang peranan penting. Penggunaan material seperti beton daur ulang, bambu, kayu bersertifikasi, hingga produk dengan emisi rendah sangat membantu mengurangi dampak lingkungan sekaligus meningkatkan efisiensi energi.

Managing Director PT Mapei Indonesia Ulas Aygun mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, sudah mulai banyak dampak serius dari perubahan iklim global. Salah satu penyumbang terbesar perubahan iklim ini adalah dari industri konstruksi.

Banyak industri saat ini masih sering menggunakan bahan bangunan yang memiliki jejak karbon tinggi, seperti beton dan baja.

Kegiatan industri konstruksi menggunakan bahan bangunan konvensional inilah yang memerlukan konsumsi energi yang cukup besar. Selain itu, penggunaan bahan bangunan konvensional menghasilkan emisi dan limbah yang sulit terurai dalam jangka waktu panjang.

Menurutnya masalah jejak karbon dalam konstruksi adalah masalah yang tidak dapat diabaikan karena dampaknya pada keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia.

Penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan merupakan salah satu upaya dan langkah penting dalam melindungi ekosistem. Bahan bangunan yang dirancang untuk mengurangi jejak karbon tidak hanya dapat membantu mengatasi permasalahan iklim tetapi juga ikut membantu melestarikan sumber daya alam, dan meningkatkan kualitas hidup manusia.

Adapun terdapat 3 jenis bahan bangunan yang ramah lingkungan yakni bahan bangunan daur ulang seperti kaca, baja, dan beton dapat digunakan kembali dalam pembangunan. Penggunaan bahan bangunan daur ulang dapat membantu mengurangi limbah konstruksi dan emisi karbon.

Kemudian, bahan bangunan berkelanjutan seperti semen ramah lingkungan dapat membantu mengurangi emisi karbon. Bahan bangunan berkelanjutan juga dapat membantu mengurangi limbah konstruksi dan menghemat energi.

Lalu, bahan bangunan yang dihitung jejak karbonnya seperti produk zero line dari Mapei dapat membantu mengurangi emisi karbon. Produk tersebut menghitung emisi karbon dioksida (CO2) sepanjang siklus hidup dan kemudian diimbangi 100% melalui perolehan kredit lingkungan bersertifikat.

Pihaknya terus berinovasi dalam menghadirkan bahan bangunan yang ramah lingkungan. Salah satunya mapelastic zero dimana dapat tersertifikasi Environmental Product Declaration (EPD).

Produk ini dirancang untuk memenuhi standar bangunan hijau internasional seperti LEED V4.1 dan BREEAM. Dengan emisi senyawa organik volatil (VOC) yang sangat rendah, produk ini membantu proyek konstruksi mendapatkan kredit penting dalam penerapan konsep bangunan berkelanjutan.

“Ini upaya kami mendukung upaya pelestarian lingkungan dan dalam membangun masa depan konstruksi Indonesia yang lebih hijau dan ramah lingkungan,” katanya.

Sebagai bagian dari lini produk zero line, mapelastic zero turut berkontribusi dalam proyek energi terbarukan dan reforestasi. Di Indonesia, Mapei mendukung proyek REDD+ di Cagar Alam Rimba Raya, Kalimantan Tengah, yang bertujuan melindungi 64.500 hektare hutan rawa gambut dari deforestasi dan degradasi lingkungan


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper