Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal menilai upaya dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dapat terhambat jika Donald Trump kembali terpilih sebagai presiden Amerika Serikat (AS).
“Kalau Trump menang lagi di Amerika, percayalah, politik emisi akan menjadi semakin labil,” kata Dino dalam agenda Indonesia Net-Zero Summit di Djakarta Theater, Sabtu (23/8/2024).
Dino yang juga merupakan pendiri dan ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) menuturkan, Trump merupakan sosok yang tidak percaya terhadap perubahan iklim.
Saat ditemui di sela-sela agenda Indonesia Net-Zero Summit, Dino menuturkan bahwa Trump pernah menarik Amerika dari Paris Climate Agreement atau Perjanjian Paris, sewaktu masih menjabat sebagai presiden.
Perjanjian Paris merupakan perjanjian internasional yang mengikat secara hukum 196 negara untuk menekan emisi gas rumah kaca nasional dan membantu negara-negara berkembang dalam memerangi dampak terburuk dari krisis iklim yang sedang berlangsung saat ini.
“Trump tidak yakin kepada perubahan iklim, dia tidak percaya dengan perubahan iklim,” ungkapnya.
Baca Juga
Jika Trump kembali terpilih dalam Pemilihan Presiden AS pada November 2024, Dino menyebut, ada kemungkinan Trump kembali menarik Amerika dari perjanjian tersebut.
Selain itu, Dino mengatakan bahwa kebijakan Trump selama ini tidak banyak menolong dekarbonisasi ekonomi AS. Hal tersebut berbanding terbalik dengan Joe Biden, Presiden AS saat ini, di mana kebijakan-kebijakan untuk menurunkan emisi di AS gencar dilakukan.
“Jadi yang kita prediksikan kalau Presiden Trump akan membuat komplikasi lebih banyak untuk net zero target secara global,” ujarnya.
Dia menuturkan, dua per tiga dari emisi dunia itu datang dari segelintir kecil negara-negara dunia seperti China, AS, India, EU 27, Rusia, Brazil, Jepang, dan Indonesia.
Jika AS, sebagai penghasil emisi terbesar kedua setelah China tidak ikut mengantisipasi krisis iklim, menurutnya, upaya negara-negara lain untuk menurunkan emisi akan menjadi sia-sia.
“Tapi kalau presidennya saja tidak percaya kepada perubahan iklim kan ini adalah hal yang memprihatinkan, kecuali dia berubah pikiran,” pungkasnya.