Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa krisis iklim merupakan masalah bersama sehingga perlu kerja sama dari semua pihak untuk mengatasinya.
Sri Mulyani menyampaikan, CO2 atau karbon dioksida merupakan benda tak berwujud dan tidak ada yurisdiksi sehingga hal ini menjadi tantangan global untuk mengurangi emisi karbon.
“Ini menyangkut sebuah tantangan global karena CO2 itu tidak punya KTP. Dia tidak ada KTP-nya, dia tidak ada jurisdiction-nya, tidak ada batasnya,” kata Sri Mulyani dalam agenda Indonesia Net-Zero Summit di Djakarta Theater, Sabtu (23/8/2024).
Menyadari hal itu, Sri Mulyani menyebut bahwa sejumlah negara mulai dan telah melakukan perdagangan karbon dalam rangka pemenuhan target emisi.
Dalam pembuatan pasar karbon, diakuinya tidak mudah mengingat CO2 tidak berwujud hingga tidak dapat dipegang. Menurutnya, perlu adanya kesepakatan antarnegara untuk membuat taksonomi karbon dan peraturan untuk membangun pertukaran karbon, di luar masalah pengukuran karbon itu sendiri.
“Nanti saya bilang kalau sudah bisa membuat market karbon Anda bisa jualan tuyul juga yang tidak berwujud,” kelakarnya.
Baca Juga
Di sisi lain, dia mengajak generasi muda untuk bersama-sama memerangi emisi karbon dengan berbagai cara. Misalnya, dengan menyelesaikan masalah CO2 dari transportasi, melaksanakan pertanian yang rendah CO2 hingga memecahkan masalah emisi dengan energi terbarukan.
Selain itu, generasi muda juga dapat terlibat dalam perdagangan karbon, baik melalui market maupun non-market. Indonesia saat ini mulai menggunakan pasar karbon di Bursa Karbon.
Sementara untuk non-market, kata dia, Indonesia memiliki Badan Lingkungan Hidup dari sisi pembiayaan yang mengelola klaim pengurangan karbon.
“Jadi opsinya banyak sekali,” pungkasnya.